Pusat kebudayaan merupakan sebuah upaya dari Pemprov Jabar dalam memberi ruang ekspresi bagi para pelaku seni budaya di tiap daerah. Selain itu, pusat kebudayaan akan menjadi salah satu sarana untuk mengenalkan seni budaya tradisi kepada masyarakat.
Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar Agus Endang Hanafiah mengungkapkan untuk tahap pertama pembangunan akan dilakukan di lima daerah, yakni Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Subang, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang. "Pusat budaya ini diharapkan bisa jadi ruang atraksi, kemudian kita harapkan bisa menjadi pusat informasi budaya dan kepariwisataan," kata Agus dalam acara Jabar Punya Informasi, di Gedung Sate, Selasa (5/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk sekarang DED (Detail Engineering Design) dibuat kita (Pemprov Jabar. Sehingga kabupaten/kota siap melaksanakan kegiatan. Proses DED juga melibatkan para seniman. Untuk anggaran tahun ini Rp5 miliar-Rp7 miliar," ujarnya.
Agus melanjutkan, untuk pengelolaan, pihaknya menyerahkan kepada pemerintah daerah dan pelaku seni budaya di tiap daerah. Pihaknya juga sejak awal selalu melibatkan pegiat seni di masing-masing daerah dalam pembangunan pusat budaya.
"Dari awal kita libatkan. Sehingga seniman, masyarakat lokal bisa memahami di situ. Termasuk siapa yang kelola. Tentu tidak boleh yang eksklusif kalau pengelolaan menjadi formal. Sehingga keterlibatan seluruh unsur pelaku seni," tutur Agus.
Budayawan sekaligus pendiri Komunitas Hong, Zaini Alif, menilai keberadaan pusat kebudayaan menjadi satu yang penting. Selain untuk menjadi ruang ekspresi juga bisa menjadi salah satu ruang untuk melestarikan budaya di masing-masing daerah di Jabar.
"Pusat kebudayaan masing-masing ini dibangun dengan ekosistem mereka (pelaku seni). Karena pusat kebudayaan itu adalah (objeknya) manusia. Maka agar pembangunan pusat kebudayaan itu panjang benar-benar jadi area pengembang harus berada dalam ekosistem itu sendiri," ujar Zaini. (mso/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini