JK menyebut penyebab bahaya sampah plastik karena budaya warga saat ini malas mencuci botol dan cenderung suka sekali pakai. "Kenapa terjadi demikian? Karena teknologi, plastik dihasilkan dari minyak, tetapi muncul perilaku malas mencuci piring, botol, inginnya hanya sekali pakai. Sekarang ibu-ibu ke pasar hanya mengandalkan plastik, tidak lagi bawa keranjang, di rumah dibuang. Nah ini jadi bahaya sampah plastik," tutur JK.
Munas Ulama NU turut menyoroti bahaya sampah plastik. Dalam agenda sidang komisi Bahtsul Masail Waqiyyah menghasilkan dua hal berkaitan bahaya sampah plastik. Pertama, membuang sampah sembarangan hukumnya haram apabila nyata-nyata atau diduga membahayakan. Kedua, makruh apabila kemungkinan kecil membahayakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut JK, sampah plastik tidak mudah terurai meski tertimbun ratusan tahun dalam tanah. Sehingga hal itu dapat mengganggu kesuburan tanah, berbeda dengan sampah kertas atau bekas makanan yang akan menyatu dengan tanah.
"Jadi untuk menyelesaikan itu kembali memakai botol keras tapi dicuci lagi isi ulang, daripada dibuang. Dengan usaha upaya tersebut maka segala upaya yang disampaikan, kalau tidak akan menjadi masalah lingkungan," kata JK.
Dia mengajak kepada pondok pesantren untuk mengajarkan para santri untuk mengurangi penggunaan plastik. Minimal jangan membeli air mineral dalam botol plastik sekali pakai.
"Kita berbicara muamalah mendorong kita kemajuan. Kalau tidak menguasai itu, maka akan dikuasai yang punya kekuatan. Semoga Munas Alim Ulama dan Konbes NU ini memberikan manfaat. Bukan hanya ke NU saja, tapi seluruh masyarakat," ucap JK.
Saksikan juga video 'Yakin Anda Tidak Makan Plastik Hari Ini?':
(bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini