Pengamatan detikcom, material atap dan kayu lapuk terlihat masih menggantung di sudut-sudut bagian dalam kelas. Ketika hujan, air dengan deras menerobos kayu-kayu penyangga plafon yang masih menggantung.
"Ada sekitar 23 orang siswa kelas II yang terpaksa belajar di teras sekolah, kondisi bangunan sudah tidak mungkin lagi bisa digunakan untuk KBM," kata Ujang Andriana, salah seorang tenaga pendidik SDN Bojongduren kepada wartawan, Selasa (19/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Syahdan Alamsyah |
Ujang mengatakan atap ruang kelas ambruk karena hujan dan angin deras dua bulan lalu. Warga dan komite sekolah kemudian membersihkan puing-puing bekas ambrukan tersebut tidak lama setelah kejadian.
"Untung saja kejadian (ambruk) malam, kalau siang kena ke siswa. Melihat kondisi siswa belajar seperti ini kami prihatin, tapi tidak ada pilihan lain. Kalau pas kegiatan KBM air hujan menciprat sampai ke teras," lanjut dia.
Ujang berharap pemerintah segera melakukan perbaikan, mengingat kondisi ruang kelas sudah benar-benar tidak bisa digunakan lagi.
"Mudah-mudahan pemerintah bisa melihat ke sini dan melakukan perbaikan. Kalau sebatas laporan sudah, kami tinggal menunggu realisasi perbaikannya saja," tambahnya.
Foto: Syahdan Alamsyah |
Hasna, salah seorang siswi mengaku tidak bisa berkonsentrasi ketika belajar. Selain bising, ketika hujan turun cipratan airnya kerap mengganggu konsentrasi.
"Harapannya segera ada ruang kelas baru, karena kalau di luar sudah tidak nyaman. Selain dingin juga berisik tidak seperti di ruang kelas," lirihnya. (sya/ern)












































Foto: Syahdan Alamsyah
Foto: Syahdan Alamsyah