Kerajinan itu dia buat untuk mengusir kejenuhan ketika hasil tangkapan di laut sepi. Secara kebetulan, kata dia, di sekitar tempat tinggalnya, ada penjual kue serabi yang selalu menumpuk kayu-kayu bakar dalam jumlah banyak.
"Iseng-iseng lah saya buat. Ada kayu albiso, ada tripleks bekas, bambu, saya pakai," ujar Agus kepada detikcom, Jumat (15/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Sebenarnya saya buat ini (pinisi) iseng aja. Saya sih berharap ada anak-anak muda di Pangandaran yang mau belajar dan mengembangkan usaha ini," ujarnya.
Namun sayang, menurut Agus, beberapa pemuda yang dia ajak, tampak tidak tertarik karena mereka berpikir penghasilan yang didapat tidak seketika. Agus kini mengaku agak kebingungan mengerjakan pesanan demi pesanan yang terus datang.
Agus menceritakan, untuk membuat kerajinan kapal pinisi hanya perlu ketekunan. Modal sendiri, menurut dia, bukan menjadi kendala utama, karena sebagian material diambil dari limbah.
"Yang harus dibeli paling lem korea, kain layar, sama tali-tali jaring, tapi itu murah," ucap ayah satu anak ini.
![]() |
"Sebenarnya saya patok harga itu, karena karya sejenis di internet di jual jauh lebih mahal. Sebagai barang seni, saya pikir sah-sah saja," ujar dia.
Selain membuat miniatur perahu pinisi, Agus pun menyebut kini tengah mengerjakan beberapa kerajinan lainnya, seperti plakat ukiran kayu serta umpan ikan buatan. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini