"Ini fenomenanya sudah bagus. Hanya saja harus ada program khusus pendampingan untuk mereka," ujar Ketua MUI Kabupaten Pangandaran KH Otong Aminudin kepada detikcom, Sabtu (9/2/2019).
Menurut Otong, otoritas yang lebih berwenang melakukan pembinaan terhadap para mualaf sebenernya adalah KUA, melalui para Penyuluh Agama Islam. Namun begitu, kata Otong, MUI dan para ulama akan sepenuhnya mendukung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait penguasaan bahasa asing oleh ulama, Otong menggambarkan hal ini sejalan dengan program "English for Ulama" yang digulirkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
"Atau bisa juga, sementara ulama menggandeng guide, kan banyak guide di Pangandaran, buat penerjemah," ujar Otong.
Ke depan, kata Otong, pihaknya akan secara khusus berkoordinasi dengan KUA untuk melakukan pendatan mualaf. Selanjutnya, menurut Otong, pihaknya akan menginisiasi pertemuan dengan para mualaf.
Kepada pihak keluarga pribumi yang terlibat pernikahan dengan WNA mualaf, Otong mengimbu agar mereka teguh dengan keyakinan mereka sebagai Muslim. Jangan sampai sebaliknya, kata Otong, setelah nikah malah ikut keyakinan lama para mualaf.
Di Kabupaten Pangandaran, tren konversi agama ke Islam di kalangan WNA terjadi hampir setiap tahun. Sebagian motivasi menjadi mualaf adalah menikahi warga lokal.
Di Kecamatan Pangandaran saja, sejak 2010, tercatat 13 WNA yang menjadi mualaf. Mereka masing-masing berkewarganegaraan Belanda (4 orang), Perancis (3 orang), Italia (2 orang), Inggris (2 orang), Jerman (1 orang), Kanada (1 orang).
Tonton juga video 'Deretan Artis yang Dikabarkan Masuk Islam':
(ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini