Cerita Letusan Galunggung Musnahkan Banteng di Hutan Pangandaran

Cerita Letusan Galunggung Musnahkan Banteng di Hutan Pangandaran

Andi Nurroni - detikNews
Kamis, 07 Feb 2019 12:43 WIB
Petugas menunjukkan denah wilayah Cagar Alam Pananjung Pangandaran. (Foto: Andi Nurroni/detikcom)
Pangandaran - Sejak dibuka Pemerintah Hindia Belanda pada 1934 sebagai taman rekreasi atau wildreservaat, Hutan Pananjung di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, menjadi salah satu kawasan konservasi yang melindungi berbagai ragam flora dan fauna. Salah satu satwa legendaris di hutan ini ialah Banteng Jawa (Bos javanicus).

Tak lama setelah diresmikan, sebanyak 80 Banteng Jawa didatangkan Pemerintah Hindia Belanda untuk mengisi taman rekreasi ini. Komunitas banteng ini masih terjaga hingga terjadinya bencana letusan Gunung Galunggung pada 1982.

Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Cagar Alam Pananjung Ojat Suhrojat menuturkan, semburan abu vulkanik Galunggung yang berlangsung berbulan-bulan kala itu menutupi rerumputan dan tumbuhan di padang penggembalaan banteng. Alhasil, menurut Ojat, populasi banteng menurun drastis karena kematian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun 1982 itu memang tidak hanya di Cagar Alam, sampai ke desa-desa, ternak-ternak juga pada mati, mereka enggak mau makan rumput yang kena abu," ujar Ojat kepada detikcom, Kamis (7/2/2019).

Petugas Cagar Alam, dia menjelaskan, saat itu berupaya untuk mencarikan pakan, termasuk dengan memberikan rumput-rumput yang telah dicuci. Namun, Ojat menambahkan, banteng-banteng itu tidak mau memakan.

Kawasan Taman Wisata Alam/Cagar Alam Pananjung di Pangandaran.Kawasan Taman Wisata Alam/Cagar Alam Pananjung di Pangandaran. (Foto: Andi Nurroni/detikcom)
Lepas tragedi Galunggung, kata Ojat, tersisa beberapa ekor banteng. Pada 1986, dia mengingat, masih ada sekitar enam ekor banteng. Ojat bercerita salah satu banteng yang tersisa menjadi ikon yang banyak dikenang.

"Ada banteng namanya si Minggu. Itu dikasih nama Minggu, karena kalau hari Minggu, banyak wisatawan, dia keluar pagar. Nanti dia pulang, biasanya ada pedagang datang, ngasih tagihan, katanya dia makan pisang pedagang," tutur Ojat diikuti tawa kecil.

Sejak tahun itu, kata dia, satu persatu banteng meninggal karena faktor usia. Untuk menjaga eksistensi banteng di Cagar Alam Pananjung, Ojat menuturkan, pada 2003, pihak BKSDA mendatangkan sejumlah sapi bali yang merupakan keturunan Banteng Jawa.

Sayang, Ojat menjelaskan, perkembangbiakan sapi bali tidak cukup bagus. Sapi bali, kata dia, akhirnya juga turut punah dan tidak pernah terlihat lagi.

Ojat dan teman-teman petugas lainnya sangat mengharapkan hadirnya kembali banteng di Cagar Alam Pananjung. Namun, menurut dia, hingga kini belum terdengar program ke arah sana. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads