Di persidangan kemarin juga, Wahid mengungkapkan soal beban psikis yang ia rasakan selama menjadi kalapas di lapas khusus koruptor itu.
Hakim awalnya menanyakan kepada Wahid soal bekerja di Lapas Sukamiskin yang dihuni oleh mantan-mantan pejabat negara yang tersandung kasus korupsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itulah kondisi psikologis ya," kata Wahid.
"Jadi ada beban psikologi?," tanya hakim lagi.
"Ada, pasti ada," kata Wahid.
Beban itu juga termasuk dialami oleh para karyawannya. Mereka canggung bahkan sulit menegur para napi.
"Petugas ketakutan menegur napi tipikor. Kondisi psikologis faktornya. Contohnya kan Pak Patrialis itu mantan pimpinan. Ini saya jadi repot," ucapnya.
Wahid mengatakan beban psikologis itu ia rasakan lantaran para napi yang berada di dalam Lapas Sukamiskin, rata-rata mantan pejabat negara.
"Kalau saya mengatakan, itu dulu pimpinan-pimpinan saya, jadi susah," kata dia.
Hal itu juga yang menurutnya susah ia menolak permintaan Setya Novanto untuk dibuatkan saung. "Katanya untuk menerima tamu dari DPR," katanya.
Sementara itu soal pemberian mobil mewah dari Fahmi, Wahid mengaku menerimanya. "Saya menerima kiriman satu unit mobil. Sifatnya pemberian. Jadi waktu itu saya lagi cari mobil Land Rover second yang Rp 30 jutaan, akhirnya pendek cerita serius dibelikan," katanya.
Wahid juga mengaku menerima uang dari Fahmi maupun Mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin. "Dari Fuad, kalau jumlahnya saya lupa," kata Wahid.
Simak Juga 'Menteri Yasonna Kali Kelima Ganti Kalapas Sukamiskin':
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini