Cerita Pengacara Wahid Husen soal Napi Ngamuk di Sukamiskin

Cerita Pengacara Wahid Husen soal Napi Ngamuk di Sukamiskin

Dony Indra Ramadhan - detikNews
Kamis, 17 Jan 2019 15:35 WIB
Lapas Sukamiskin Bandung. (Foto: Baban Gandapurnama/detikcom)
Bandung - Firman Uli Silalahi, pengacara eks Kalapas Sukamiskin Wahid Husen, mengungkapkan persoalan rumit untuk bersih-bersih di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin Bandung. Selain berhadapan dengan bekas pejabat pemerintah, napi tindak pidana korupsi (Tipikor) sering mengamuk.

"Kalau kita menghadapi napi, saya juga pernah pengalaman mengelola penjara besar ya, sedikit saja mereka terganggu yang menurut mereka masih batas aturan dan kemanusiaan, mereka ngamuk, ngamuknya berteriak-teriak," ujar Firma saat dihubungi detikcom, Kamis (17/1/2019).

"Iya, termasuk napi tipikor di Sukamiskin," kata Firma menambahkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurut Firma, suatu waktu Wahid pernah berusaha menertibkan fasilitas-fasilitas para napi. Justru Wahid saat itu malah dimaki-maki.

"Wahid juga mencoba langsung marah 'kamu apa kamu ini, kami yang sudah berbuat di negara ini saja enggak seperti kamu, banyak korupsi di luar enggak ditangkap' ya itu. Itulah yang jadi beratnya, faktor psikologis," kata Firma.

Cerita Pengacara Wahid Husen soal Napi Ngamuk di Sukamiskineks Kalapas Sukamiskin Wahid Husen (Foto: Dony Indra Ramadhan/detikcom)
Firma menduga hal itulah yang membuat para petugas kesulitan menertibkan para napi yang menggunakan fasilitas salah satunya ponsel. Para petugas canggung karena menghadapi napi yang notabene setara jabatan Menkum HAM atasan mereka.

"Jadi kalau kita lihat fakta di dalam, petugas-petugas yang lama di urusan penjagaan itu memang mereka tidak punya daya menghadapi para mantan penguasa. Termasuk pejabat-pejabat struktural, rasa sungkan mereka sangat tinggi, ya mantan menterinya, mantan ketua DPD, DPR, Ketua MK, ya siapa saja sungkan kalau sudah berkelompok gitu dihadapi orang kecil, siapa nggak sungkan. Mereka (napi) melihat Kalapas itu sangat kecil," kata Firma.


Rasa canggung menegur para napi ini juga diungkapkan Zaenal Arifin dalam persidangan di PN Bandung, Rabu (16/1) kemarin. Mantan pegawai Lapas Sukamiskin era Wahid itu menyebut banyak napi tipikor yang membawa uang ke lapas. Petugas tak menegur lantaran canggung dengan para napi.

"Saya melihatnya mungkin karena mantan-mantan pejabat," kata Zaenal.

"Kalau jabatan sebelumnya apa enggak tahu, tapi yang pasti pejabat. Karena background itu, atasan saya tidak menegur," ucap Zaenal.

Lapas SukamiskinLapas Sukamiskin (Foto: Tri Ispranoto/detikcom)
Selain Zaenal, hal serupa diungkapkan Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS) Sri Puguh Budi Utami saat menjadi saksi sidang Wahid. Dia mengatakan masuknya fasilitas mewah itu karena mental petugas yang tak berani menolak permintaan napi.

"Jadi begini, tingkat kapasitas kita. Contoh begini, mantan menteri itu adalah menteri kami. Ketika minta sesuatu, tidak mudah untuk tidak gitu," ucap Sri.

"Ini butuh ketegasan dari pembina dengan kompetensi khusus. Tentu juga tidak bisa kenceng-kencengan, karena beliau juga manusia. Konsepsi pemasyarakatan itu menempatkan napi sebagai manusia, dia objek sekaligus subjek. Kita harus melihat gradasi itu latar belakang dan sebagainya," kata Sri. (dir/bbn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads