Kepala BMKG Bandung Tony Agus Wijaya menjelaskan kejadian puting beliung umumnya bersifat lokal dan berlangsung dalam durasi waktu yang singkat. "Puting beliung pasti penyebabnya awan cumulonimbus," kata Tony saat dihubungi, Senin (14/1/2018).
Namun, sambung dia, tidak semua awan cumulonimbus berpotensi menjadi cuaca ekstrem atau memicu puting beliung. Karena ada faktor pendukung lainnya yakni perbedaan suhu permukaan di suatu lokasi yang sangat beragam dan mudah berubah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia yang cuaca tropis di khatulistiwa berbeda dengan cuaca di negara yang jauh dari khatulistiwa. Cuaca tropis lebih mudah berubah tiap menitnya. Lebih beragam di tiap lokasi yang berdekatan," tuturnya.
Soal ada kaitannya antara terjangan puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung dan Sukabumi, menurutnya tidak ada. Karena penyebaran awan cumulonimbus sebagai pemicu utama terjadinya puting beliung itu bersifat lokal.
"Puting beliung pasti penyebabnya awan cumulonimbus. Kejadian tersebut tidak saling berkaitan, karena penyebaran awan cumulonimbus itu bersifat lokal. Kurang dari 2 kilometer persegi," katanya.
Saksikan juga video 'Ganasnya Puting Beliung Luluh Lantakkan Rumah-rumah di Rancaekek':
Tony mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi terjadinya cuaca ekstrem termasuk puting beliung. "Pangkas pohon rimbun dan lapuk, perkuat bagian rumah yang rapuh kena angin, perkuat benda-benda yang rawan roboh tertiup angin," ujar Tony.