Cirebon - Aksi teroris masih terjadi di Jabar pada 2018. Aksi terorisme itu menewaskan polisi di Cirebon. Tak hanya itu, kematian TKI asal Majalengka tanpa notifikasi pada pemerintah jadi duka rakyat Indonesia.
Polisi Cirebon Tewas Ditembak Teroris Saat PatroliAkhir Agustus 2018, seorang angota PJR Ditlantas Polda Jabar Ipda Dodon tutup usia saat menjalani perawatan di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Dodon merupakan korban penembakan oleh teroris saat berpatroli di Tol Mertapada, Kabupaten Cirebon, Jabar pada Jumat (24/82018) lalu. Dodon saat itu berpatroli bersama rekannya Aiptu Widi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum menjalani perawat di RS Polri, keduanya dilarikan ke RS Mitra Plumbon Cirebon pasca penyerangan. Kejadian horor yang menimpa Dodon dan Widi bermula saat keduanya hendak menegur sejumlah pelaku yang tengah duduk di pembatas jalan di sekitar lokasi penembakan. Tembakan pelaku mengenai badan dan tangan Dodon. Begitu pun dengan Widi, yang terkena tembakan di bagian tangan.
"Keduanya sempat melakukanperlawanan. Tidak ada organ vital yang terkena peluru," kata Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto, Sabtu (25/8/2018).
Empat hari pasca penyerangan, Dodon tutup usia pada Selasa (28/8/2018) sekitar pukul 09.35 WIB di RS Polri Kramat Jati. Jenazah almarhum dimakamkan di kampung halamannya di Desa Kebarepan, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon. Pemakaman almarhum Dodon diselimuti suasana duka yang mendalam. Isak tangis mewarnai prosesi pemakaman.
Polisi terus menyelediki penembakan yang menewaskan Dodon. Dari hasil penyelidikan polisi, pelaku penyerang Dodon dan Widi sempat kabur ke Tegal, Jateng. Penyelidikan pun mengerucut adanya keterlibatan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dalam aksi teror itu.
"Itu masih kita dalami (kaitan dengan JAD). Tim gabungan sudah bekerja. Kita tunggu semoga terungkap," kata Agung, Selasa (28/8/2018).
Proses pengejaran dilakukan. Hasilnya, tujuh terduga teroris jaringan JAD berhasil diamankan pada awal September lalu, termasuk pelaku penembakan Dodon dan Widi, yakni R dan I. Polisi menembak mati keduanya. Senjata api yang digunakan pelaku merupakan senjata api milik anggota Polresta Cirebon, Brigadir Angga.
Setelah berhasil merebut senjata api milik Angga. Beberapa hari kemudian, R dan I menyerang Dodon dan Widi di tol.
"Di TKK jalan tol, R terkena dua tembakan yang dilepaskan almarhum. Sementara I terkena satu tembakan," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar Kombes Umar Surya Fana kepada detikcom, Senin (3/9/2018).
Umar menyebutkan selain R dan I, ada pelaku lainnya yakni MU yang terlibat dalam kasus tersebut. Namun, menurut Umar, MU bertugas menjadi pengawas.
"MU berperan menjadi pengawas terhadap peristiwa penembakan PJR di tol. Saat dibawa ke puskesmas dan rumah sakit Slawi, MU juga membawa R dan I," katanya.
Eksekusi Mati TKI Tuti Tanpa Notifikasi
Kerajaan Arab Saudi mengeksekusi mati Tuti Tursilawati (33) Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Tuti dieksekusi pada Senin (29/10/2018) lalu waktu setempat di Kota Thaif, Makkah.
Pemerintah Indonesia meradang atas keputusan kerajaan Arab Saudi yang mengeksekusi mati Tuti. Pasalnya, kerajaan Arab Saudi tak memberikan notifikasi kepada pihak Indonesia terkait eksekusi mati Tuti. Kabar meninggalnya Tuti mulai mulai didengar pemerintah Indonesia setelah dieskusi Mati.
Keluarga Tuti yang berada di Blok Manis Desa Cikeusik, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka terpukul dengan kabar tersebut. Ibunda Tuti, Iti Sarniti syok dan belum bisa ditemui saat detikcom berkunjung di kediamannya. Pihak keluarga mendengar kabar Tuti dieksekusi mati pada Selasa (30/10/2018), sehari setelah kerajaan Arab Saudi mengeksekusi Tuti.
Tuti merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ali Warjuki dan Iti Sarniti. Tuti memutuskan mengadu nasib ke Arab Saudi pada 2009 silam. Untuk pertamakalinya Tuti menginjakkan kaki di Arab Saudi.
Sayang, Tuti menemui jalan terjal. Puncaknya di tahun 2010, Tuti diketahui memukul majikannya, Suud Malhaq Al Utibi menggunakan sebilah kayu. Kejadian itu terjadi di rumah majikannya di Kota Thaif pada 11 Mei 2010. Melihat majikannya terkapar tak berdaya, Tuti berusaha kabur dari rumah majikannya.
Tuti menemui sembilan pria saat kabur dari rumah majikannya. Kepada Tuti, sembilan pria itu menjanjikan membantu Tuti untuk kabur dari majikannya ke Kota Makkah. Ternyata, sembilan pria itu berniat busuk terhadap Tuti, Tuti mengalami pelecehan seksual.
Tuti diciduk pihak kepolisian dengan tuduhan membunuh majikannya. Kasus dugaan pembunuhan terhadap majikan Tuti itu inkrah pada 2011 lalu. Selama masa penahanan Tuti, Predisen ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyurati Raja Salman Bin Abdulaziz al-Saud pada 2011 dan 2016. Selama masa penahanan itu pemerintah Indonesia melakukan pendampingan terhadap Tuti.
"Kasus Tuti ini telah inkrah atau ditetapkan pengadilan pada tahun 2011. Pemerintah terus melakukan upaya untuk meringankan hukuman. Upaya yang dilakukan antara lain pendampingan konsuleran sejak tahun 2011-2018," kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu Lalu M Iqbal saat jumpa pers di kantornya, Jalan Pejambon Jakarta Pusat, Selasa (30/10/2018).
Tak hanya itu, pemerintah juga memfasilitasi keluarga Tuti untuk bertemu di Arab Saudi. Tercatat sedikitnya tiga kali ibunda Tuti, Iti Sarniti menemui Tuti di Arab Saudi. Perjuangan untuk membebaskan Tuti dari jeratan hukuman mati terus dilakukan.
Pada bulan Oktober, tepatnya 10 hari sebelum Tuti dieksekusi mati, Tuti sempat video Call dengan ibundanya. Tak ada pembicaraan yang mengarah pada eksekusi mati saat video call dengan ibundanya. Tuti hanya menyampaikan kondisinya.
Hingga Akhirnya, TKI asal Majalengka itu dieksekusi mati pada Senin, 29 Oktober. Pemerintah menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Tuti. Keluarga di Majalengka langsung menggelar tahlilan.
Ibu Tuti, Iti Sarniti mengungkapkan sebelum dieksekusi mati Tuti sempat mengurus paspor baru. Iti sempat bahagia saat mendengar kabar soal paspor baru yang tengah diurus anaknya itu. Namun, kabar itu sirna setelah Kerajaan Arab Saudi mengeksekusi mati tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
"Ternyata Tuti pulang untuk selamanya. Saya sudah ikhlas, saya menerima semua ini. Minta doanya untuk anak saya," lirih Iti dengan mata berkaca-kaca.
Menurut Iti, Tuti dicerai suaminya saat bekerja di Arab Saudi. Sebelum bercerai, lanjut Iti, Tuti memiliki niat untuk membantu penghasilan suaminya dengan bertolak ke Arab Saudi. "Tujuannya baik. Ke sana itu pengen bantu keluarga. Berusaha cari rezeki halal," kata Iti.
Iti berharap bisa berziarah ke makam Tuti di Arab Saudi. Iti juga menceritakan rajin membaca dan menghafal Al Quran.
"Di sana Alhamdulillah, anak saya menghafal 12 juz selama masa penahanan. Memang benar, selama ditahan dia fokus mengaji sama ibadah," ucapnya.
Pemerintah memprotes keras Kerajaan Arab Saudi terkait eksekusi mati. Presiden Joko Widodo langsung menginstruksikan Menteri Luar Negeri untuk melayangkan protes. Tak hanya itu, presiden juga mengundang Dubes Arab Saudi terkait eksekusi Tuti.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini