detikcom merangkum sejumlah kejadian banjir dan cileuncang sekaligus upaya yang dilakukan pemerintah sepanjang tahun 2018 ini. Di mulai dari upaya pemerintah untuk mengurangi warga membuang sampah sembarangan.
Pada awal Januari 2018 lalu, Pemkot Bandung melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) telah memunculkan tagline #TewakanNuMiceunRuntah. Tagline tersebut menandai Tim Patroli Pengawas Kebersihan (PKK) melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap warga yang buang sampah sembarangan ke jalanan atau sungai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 13 Februari, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meresmikan selesainya pembuatan Tol Air Pagarsih sebagai solusi banjir Sungai Citepus yang kerap meluap ke Jalan Pagarsih. Sayangnya, sekitar 10 hari usai diresmikan banjir kembali menggenangi Jalan Pagarsih, tol air pun dianggap tidak efektif. Bahkan warga menyebut air yang meluap semakin berarus dan meluber ke pemukiman warga.
Februari yang masuk dalam bulan kampanye Pilwalkot Bandung periode 2018-2023 dimanfaatkan oleh tiga calon untuk menjual janji penuntasan banjir. Dimulai dari Cawalkot nomor urut satu Nurul Arifin yang memiliki strategi memulai mengubah kultur warga melalui kolaborasi. Sebab baginya hal itu paling utama sebelum memikirkan infrastruktur.
Lalu Cawawalkot nomor urut dua Aries Surpiatna yang menyebut Kota Bandung belum memilik blueprint mengenai banjir. Sehingga langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat blueprint agar masalah banjir bisa terukur dan tidak bersifat sporadis dengan penanganan tambal sulam. Terakhir, Cawawalkot nomor urut tiga Yana Mulyana yang akhirnya memenangkan Pilwalkot Bandung. Sebagai wakil dari pertahana, Yana optimis bisa menuntaskan masalah banjir dalam satu tahun dengan cara pembenahan infrastruktur dan mengubah pola hidup warga.
Selanjutnya awal Bulan Maret banjir terjadi di Cingised dan sejumlah titik di daerah Bandung bagian timur. Selain disebabkan sampah dan meluapnya gorong-gorong, banjir juga disebabkan jebolnya tanggul Sungai Cironggeng. Pemerintah akhirnya membangun ulang tanggul jebol agar banjir tak kembali terjadi.
Berselang beberapa hari tepatnya Selasa 20 Maret, kawasan Cicaheum yang tak pernah tergenangi air tiba-tiba diterjang banjir bandang akibat tanggul Sungai Cipamokolan jebol. Hal itu diperparah dengan meluapnya Sungai Cicabe dan Cileuweung akibat hujan dari Bandung bagian utara.
Banjir bandang yang membuat panik warga itu membuat jalur utama Jalan AH Nasution lumpuh total karena terputus oleh lumpur. Tidak hanya itu, sejumlah fasilitas seperti sekolah dan terminal sempat lumpuh karena tergenangi air dan lumpur.
Bahkan air yang mengalir deras mengakibatkan sebuah minibus Xenia terseret hingga sejauh 10 KM. Belasan mobil yang berada di bengkel Jalan AH Nasution terseret hingga saling bertumpuk. Total ada 17 mobil dan 12 motor yang menjadi korban. Beruntung tak ada korban jiwa dalam kejadian ini
Dari hasil penelusuran sejumlah narasumber, rupanya banjir bandang tersebut dipengaruhi oleh gundulnya lahan hijau di Kawasan Bandung Utara (KBU). Bahkan sejumlah kawasan yang seharusnya menjadi sumber resapan telah beralih fungsi menjadi pemukiman warga.
Masuk ke April, banjir rupanya masih terjadi. Kali ini kembali terjadi di Jalan Pagarsih. Tepatnya pada tanggal 21 April, dua mobil hampir hanyut diterjang arus Sungai Citepus yang kembali meluap meski sudah ada tol air. Beruntung tidak sampai hanyut ke sungai seperti 2016.
Bahkan semenjak ada tol air banjir meluas ke pemukiman warga tepatnya di RW 7, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung. Warga mengaku banjir memang kerap menggenangi rumah mereka. Tapi setelah adanya tol air, banjir semakin besar dan membawa arus kencang. Bahkan pada hari itu sejumlah rumah dan musala warga tergerus air hingga roboh.
"Sebelum ada tol air memang banjir, tapi enggak parah dan sebentar. Setelah ada tol air tiga kali banjir parah dan selalu lama. Kemarin saja hampir dua-tiga jam air menggenangnya," ujar salah seorang warga yang rumahnya roboh, Ecin.
Sebagai solusi banjir Pagarsih, Ridwan Kamil meresmikan pembangunan Kolam Retensi Sirnaraga yang memiliki luas 6.491,52 m2 dengan daya tampung air 19.473 m3 senilai Rp 5,45 miliar. Kolam tersebut akan berfungsi sebagai rem atau penampungan Sungai Citepus saat musim hujan sekaligus tempat aktivitas warga saat mengering di musim kemarau.
Saat ini pembangunan Kolam Retensi Sirnaraga telah usai dan telah diuji coba sejak akhir November lalu. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Arif Prasetya mengklaim kolam berfungsi dengan baik. Hanya saja ia mengaku tidak bisa menjanjikan Pagarsih bebas dari banjir.
"Di sini mungkin lancar, tapi warga di selatan bisa saja marah-marah. Jadi harus sama-sama. Kita ini di Cekungan Bandung, harus bisa me-manage air dengan baik. Jadi belum tentu juga (atasi banjir Pagarsih)," katanya.
Di penghujung tahun 2018 tepatnya akhir November lalu banjir masih kembali terjadi di kawasan Pagarsih. Ratusan rumah masih terendam banjir saat hujan deras di KBU dan Pagarsih. Banjir yang meluber ke pemukiman sempat disoroti oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. Menurutnya konsep tol air memang tidak disarankan, tapi tetap dibangun oleh Ridwan Kamil. Banjir nampaknya akan terus menghantui wilayah tersebut hingga pemerintah mencari solusi lain.
Oded M Danial yang menggantikan Ridwan Kamil sebagai Wali Kota Bandung, telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah banjir kembali terjadi. Salah satu yang paling getol diinstruksikan adalah pengerukan sungai, mengerahkan pasukan untuk membersihkan gorong-gorong, hingga menggaungkan program Kurangi Pisahkan Manfaatkan (Kang Pisman) untuk menyelesaikan masalah sampah. Kang Pisman juga menjadi program utama dalam 100 hari kerja Oded.
Khusus untuk banjir Pagarsih dan sekitarnya, Oded berencana meminta petunjuk dan berkolaborasi dengan BBWS juga Kementerian Pekerjaan Umum. Ia berharap hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya itu bisa membawa solusi untuk penanganan banjir baik jangka pendek atau jangka panjang. Salah satunya rencana memindahkan warga bantaran sungai ke rumah susun.
Sementara itu Ridwan Kamil yang terpilih sebagai Gubernur Jabar memiliki pengalaman banjir di Kota Bandung. Untuk itu ia berencana membuat Unit Kerja Cekungan Bandung yang menggawangi masalah Bandung Raya. Sebab menurutnya masalah banjir tidak bisa diselesaikan oleh satu kota, tapi harus bersama-sama. Selain masalah banjir, unit kerja ini nantinya akan mengurusi segala permasalahan Bandung Raya seperti kemacetan dan transportasi. (tro/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini