Manager Humas Daop 3 Cirebon Krisbiyantoro menyebutkan empat titik tersebut berada di antara Stasiun Pabuaran, Stasiun Jatibarang-Kertasmaya, perlintasan Cangkring Kota Cirebon dan Stasiun Losari. "Di empat titik itu rawan terjadinya temperan (tabrakan) kereta api (dengan kendaraan), baik di jalur kereta api atau di perlintasannya," katanya usai apel gelar pasukan angkutan Nataru di Stasiun Cirebon, Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (19/12/2018).
Menurutnya sepanjang 2018 terjadi 13 kecelakaan yang menyebabkan delapan orang meninggal di wilayah Daop 3 Cirebon. "13 itu, tujuh di antaranya terjadinya di jalur (rel), kemudian enam kasus di perlintasan yang tak dijaga," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk daerah-daerah rawan itu sudah kita siapkan antisipasinya. Kita siagakan penjagaan untuk di daerah rawan beserta materialnya," katanya.
Saat disinggung mengenai perlintasan sebidang, Krisbiyantoro mengatakan total perlintasan sebidang di Daop 3 Cirebon ada 192 perlintasan. Dari 192 perlintasan itu, 90 perlintasan tak dijaga petugas.
"Dari 192 perlintasan sebidang itu, 55 dijaga oleh pihak KAI, 26 dijaga oleh pihak swasta atau Pemda. Yang belum terjaga ada 90 perlintasan sebidang," ucapnya.
Krisbiyantoro memprediksi selama angkutan Nataru terjadi lonjakan penumpang sekitar lima persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun lalu, total penumpang selama masa angkutan Nataru mencapai 109.485 penumpang, sedangkan tahun ini diprediksi mencapai 115.110 penumpang.
"Kita prediksi lonjakannya (penumpang) sampai lima persenan. Kita juga menyiagakan 352 personel gabungan selama angkutan nataru," katanya. (tro/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini