Haru Keluarga Korban Kenang Tragedi Pembantaian di Rawagede

Haru Keluarga Korban Kenang Tragedi Pembantaian di Rawagede

Luthfiana Awaluddin - detikNews
Selasa, 11 Des 2018 19:58 WIB
Nami (71) saat berziarah ke makam ayahnya. Ia adalah ahli waris seorang korban tragedi Rawagede. (Foto: Luthfiana Awaluddin/detikcom)
Karawang - Puluhan siswa berziarah ke taman makam pahlawan Sampurna Raga saat peringatan ke-71 tragedi pembantaian Rawagede. Di makam itu, disemayamkan 489 jenazah korban pembantaian tentara Belanda.

"Para siswa berziarah untuk korban pembantaian, sekaligus memperingati tragedi Rawagede dan mengenang peristiwa kelam yang menimpa leluhur mereka," kata Ketua Yayasan Rawagede Sukarman saat ditemui detikcom di Monumen Rawagede, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (11/12/2018).

Peringatan tragedi tersebut dimanfaatkan keluarga korban Rawagede untuk berziarah. Nami (71) mengaku sangat penasaran dengan wajah ayahnya. Ia tak pernah ingat wajah ayahnya. Sebab ayahnya dibantai saat Nami berusia tiga bulan. Akibat kejadian tersebut, sejak kecil ia tak pernah merasakan punya ayah lantaran ibunya tak pernah menikah lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ayah saya namanya Gedut. Jadi salah satu korban pembantaian. Saya ingin ketemu, tapi sejak kecil saya hanya ketemu kuburan ini," kata Nami saat berziarah di kuburan ayahnya.

Haru Keluarga Korban Mengenang Tragedi Pembataian di RawagedePuluhan siswa berziarah ke taman makam pahlawan Sampurna Raga saat peringatan ke-71 tragedi pembantaian Rawagede. (Foto: Luthfiana Awaluddin/detikcom)
Hal serupa dirasakan Awi (83). Ia masih meratapi kepergian kedua sepupunya Atung dan Adul. Atung dan Adul ialah remaja yang tewas dibedil tentara Belanda.

"Atung dan Adul lari ke sungai untuk bersembunyi. Tapi mereka kepergok, lantaran ketakutan mereka berangkulan dan ditembak dalam keadaan berangkulan," kata Sukarman, menceritakan kisah pembantaian Atung dan Adul, sepupu Awi.

"Ibu mereka menceburkan diri ke sungai untuk mencari keduanya. Jenazahnya baru ditemukan tiga hari kemudian. Saya juga ikut nyari waktu itu," tutur Awi menimpali.

Tidak seperti biasanya, peringatan tragedi Rawagede tahun ini diundur dua hari. Kali ini peringatan berlangsung pada 11 Desember 2018. "Sebab tanggal 9 Desember jatuh pada hari minggu. Para pejabat sedang libur," kata Sukarman menjelaskan.

Dalam peringatan ke-71 tragedi Rawagede, sebanyak 489 ahli waris korban pembantaian berziarah dan doa bersama untuk leluhur mereka. Pemda setempat dan Yayasan Rawagede memberikan santunan kepada ahli waris korban pembantaian tentara Belanda.

"Mudah-mudahan peristiwa ini bisa jadi pelajaran karena perjuangan kemerdekaan itu tidak murah bahkan mengorbankan banyak nyawa," ujar Danilaga dari Dinas Sosial Kabupaten Karawang mewakili Bupati Cellica Nurrachadiana yang berhalangan hadir.

Haru Keluarga Korban Mengenang Tragedi Pembataian di RawagedePara siswa melihat relief di Monumen Rawagede, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. (Foto: Luthfiana Awaluddin/detikcom)
Pembantaian di Rawagede terjadi pada Selasa 9 Desember 1947. Saat itu, 300 orang tentara Belanda mengepung Rawagede dari segala penjuru. Di bawah pimpinan Mayor Alphons Wijman, sekitar 300 tentara Belanda menggeledah rumah warga Rawagede. Mereka mencari keberadaan Kapten Lukas Kustario, pejuang republik yang sohor dengan julukan Begundal Karawang.

Lantaran tak mau memberitahukan keberadaan Lukas, tentara Belanda mengumpulkan para lelaki Rawagede dan membantai mereka dengan senapan. "Sangat sedikit yang selamat dalam peristiwa itu," ucap Sukarman. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads