Untuk globalisasi, Lukman mengatakan saat ini tidak ada sekat antar warga dunia dalam berkehidupan. Dampaknya sangat mudah paham dari negara lain yang tidak dikenali masuk ke Indonesia.
"Masuk ke ruang privat setiap kita warga Indonesia paham-paham atau ajaran-ajaran yang tidak sejalan dengan jati diri ke-Indonesia-an. Apa jati diri kita? Kita dikenal sebagai masyarakat agamis dan itu realitas kita, jati diri bangsa ini," ucap Lukman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lukman mengatakan nilai-nilai agama dalam kehidupan keseharian tak bisa dilepaskan begitu saja. Sebab, kata dia, agama telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang memiliki fungsi dan tujuan nenyatukan bangsa.
"Nilai agama sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dan itulah Indonesia, ini salah satu yang menjadi ciri dan sejak dulu agama oleh pendahulu kita itu dijadikan faktor berfungsi merajut, menjalin, merangkai keragaman, kemajemukan, prulalitas kita. Lalu kemudian agama difungsikan upaya menyatukan," tutur Lukman.
Akan tetapi, ada dampak positif dari munculnya globalisasi. Menurut Lukman, saat ini tidak ada sekat antar warga dunia.
"Kita sekarang berada di wilayah tanpa batas mendunia, sehingga dimana kita tinggal tidak relevan dipersoalkan karena kita sudah menjadi satu warga dunia. Tentu banyak hal positif saling terkoneksi satu sama lain," ujarnya.
Tantangan lain yang dihadapi ialah revolusi teknologi. Lukman menyadari ada dampak negatif dari pesatnya perkembangan teknologi ini. Salah satunya dehumanisasi dimana orang-orang lebih mementingkan ponsel ketimbang berinteraksi langsung.
"Kita menjadi makhluk-makhluk yang begitu individualis yang ini juga bertentangan dengan realitas, banyak sekali sisi negatif. Dehumanisasi kita sekarang bisa melihat bukan gejala, tapi suatu umum satu keluarga ayah, ibu dan anak bisa duduk di meja sama, tapi asik dengan gadget, tidak saling tegur sapa, bukan hanya hitungan menit, tapi jam. Yang dulu guyub, rukun, saling menyapa, sekarang menjadi begitu individualis. Tentu suatu yang harus diwaspadai, ini bukan gejala kita, tapi dunia menghadapi yang sama," ujarnya.
Namun, kata Lukman, ada sisi positif yang dapat diambil dari kemajuan teknologi ini. Salah satunya kemudahan mengakses informasi.
"Setiap kita memegang alat yang sekarang sederhana ini (ponsel), luar biasa banyak sisi positif, akses informasi cepat, murah, mudah dan sisi positif lain," katanya.
Kaitannya dengan agama, Lukman mengatakan dua tantangan itu bisa menyebabkan pergeseran esensi fungsi dan manfaat agama yang diturunkan Tuhan. Secara hakekatnya, kata Lukman, agama bukan saja bentuk pengabdian kepada Tuhan, tapi juga kepada antar sesama umat manusia.
"Bahwa agama tidak hanya semata untuk bentuk pengabdian kepada Tuhan, tapi yang tidak kalah pentingnya, agama hadir agar sesama umat manusia bisa saling memanusiakan antar sesama. Memposisikan manusia untuk senantiasa mulia, karenanya harkat derajat kemanusiaan itu senantiasa dilindungi, dirawat, dijaga bersama dan semua agama mengajarkan agama. Ini sesungguhnya esensi agama," kata dia.
Saksikan juga video 'Masuki Tahun Politik, Menag: Agama Bisa Jadi Faktor Potensi Konflik':
(dir/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini