Penjabat (Pj) Bupati Cirebon Dicky Saromi menyebutkan penatapan status siaga bencana itu sesuai dengan SK Nomor 360/2018 BPBD Cirebon. Pihaknya telah menyiapkan berbagai langkah.
"Sejak 1 November hingga 31 Mei 2019 ditetapkan sebagai siaga darurat bencana. Kita terus memobilisasi personel dan menyiapkan peralatan untuk mengantisipasi bencana," kata Dicky usai apel pasukan Tim Reaksi Cepat (TRC) siaga bencana di Stadion Ranggajati, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (26/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam bencana itu ada tiga tahap, siaga, tanggap, dan masa transisi. Ini sudah kita tetapkan siaga. Sungai-sungai di hilir menjadi perhatian kita. Kita berikan alat berat untuk proses pengerukan yang dilakukan BBWS," tuturnya.
Peralatan SAR disiapkan untuk mengahdapi bencana alam. (Foto: Sudirman Wamad/detikcom) |
"Amannya itu Cirebon berada pada urutan 180, karena kalau berada di bawah 150 itu risikonya tinggi. Posisi kita kan di 107, itu masih tinggi risikonya," kata Dicky.
Kepala BPBD Kabupaten Cirebon Dadang Suhendar menyebutkan wilayah timur Kabupaten Cirebon, seperti Kecamatan Losari, Ciledug, Waled, Pabuaran, dan sekitarnya merupakan wilayah titik rawan bencana. Pihaknya mengaku telah meninjau sejumlah lokasi di wilayah timur Cirebon.
"Ada tujuh titik sungai yang bakal dikeruk, kemudian tanggulnya juga dibenahi. Ini kerja sama masyarakat, BBWS, dan Pemkab Cirebon. Pengerukan di sungai yang bersedimentasi," katanya.
Dadang menjelaskan pengerukan sungai itu dilakukan pada Rabu (28/11/2018) hingga sembilan hari ke depan. Pihaknya juga mengaku telah memasang papan pemberitahuan jalur evakuasi di beberapa titik.
"Untuk personel BPBD ada 40 orang, kalau total personel gabungan ada 450 orang. Kita tidak menunggu bencana, tapi mengantisipasi resiko bencana. Makanya kita siapkan semuanya," ucap Dadang. (bbn/bbn)












































Peralatan SAR disiapkan untuk mengahdapi bencana alam. (Foto: Sudirman Wamad/detikcom)