Pascakejadian bencana, mereka sempat menginap beberapa hari di pengungsian. Lalu mereka pulang ke Ciamis setelah mendapat tumpangan pesawat Hercules ke Jakarta.
Identitas empat kepala keluarga asal Ciamis yang merantau ke Palu itu terdiri Harun Saepudin (pedagang), Arif Saeful Bahri (pedagang) bersama isteri dan anaknya, Asep Saefulloh (PNS di Palu) bersama isteri dan kedua anaknya, serta Sutoyo bersama tujuh anggota keluarganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asep Saeful (40) bercerita pengalaman horor saat berpacu menghindari tsunami di tempat kerjanya sebagai bagian teknis pelabuhan tempat bongkar muat. Jarak tempat kerja ke laut tidak lebih dari 69 meter.
![]() |
Dia bergegas melihat keluarganya di mes yang dekat dari tempat kerja. Tidak lama, Asep melihat air mulai naik menerjang sebuah gudang. Bahkan beberapa kontainer terbawa air laut yang naik.
"Saya langsung membawa dua anak dan istri saya menggunakan sepeda motor. Jarak air ke mes sudah dekat, sekitar 30 meter saja. Beruntung saya dan keluarga bisa selamat ke tempat aman," ujarnya.
Kini Asep tinggal sementara tinggal di Ciamis. Dia harus kembali ke Palu karena terikat pekerjaan. Sedangkan dua anak dan isterinya tetap berada di Ciamis.
"Sempat menginap di pengungsian dulu beberapa hari, lalu ikut tumpangan pesawat Hercules ke Makassar kemudian ke Jakarta. Saya pulang dulu ke Ciamis untuk menenangkan diri. Selain itu memang ada anjuran juga dari pemerintah supaya kembali ke kampung halaman dulu," tutur Asep.
Menurut dia, masih banyak warga asal Ciamis yang berada di Palu. Mereka umumnya warga yang transmigrasi. Hingga kini, sambung Asep, mereka bertahan di Palu dan Donggala.
Saksikan juga video 'Haru Bocah Korban Tsunami Palu Akhirnya Bertemu Orang Tua':
(bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini