Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna menjelaskan, sejak pertama isu tersebut menyeruak ke publik pada Kamis (04/10/2018), timnya sudah bergerak memantau aktivitas di grup itu.
Polisi mengamati sejumlah objek di antaranya para anggota dan informasi tentang grup tersebut. Polisi juga menganalisa sebuah gambar Gunung Papandayan yang menjadi latar grup tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi kemudian terus menyelidikinya. Belakangan diketahui, jika grup tersebut awalnya merupakan sebuah grup agro bisnis. Polisi menduga akun itu diretas.
"Ada indikasi kepentingan, ada indikasi diretas. Kaitan dengan memunculkan nama baru dengan keanggotaan yang lama. Awalnya grup agro bisnis," katanya.
Budi menyampaikan, setelah diretas, grup tersebut mengubah sistemnya. Yakni dengan meniadakan admin dan menggunakan robot otomatis untuk mencari anggota.
"Ini dinyatakan seperti sistem robot. Otomatis, tidak ada adminnya. Jadi apabila link ini masuk ke media, dan diklik oleh pengguna, secara otomatis mereka jadi followernya. Follower mereka nambah," ungkapnya.
"Misalkan dari 1.000 anggota saat ini kemudian dibaca oleh 100 orang mungkin anggotanya jadi 1.100," kata Budi menambahkan.
Kini polisi terus bergerak melakukan penyelidikan untuk mengetahui aktor peretas grup Facebook itu. Dua orang saksi diperiksa. Informasi yang dihimpun, para saksi tersebut merupakan admin grup lama yang belum diretas dan seorang warganet yang pernah mengunggah gambar tak senonoh ke dalam grup tersebut. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini