Perwakilan Wanadri Dirga Sumandtri menjelaskan para peserta belajar menyiapkan data spasial berupa peta. Selama ini data tersebut hanya digunakan para pegiat alam untuk melakukan ekspedisi atau pendakian gunung.
"Sebelum perjalanan tentu kita harus menyiapkan data dan informasi selengkap-lengkapnya. Salah satunya adalah peta," ujar Dirga saat berbincang dengan detikcom di sela-sela kegiatan, Sabtu (6/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Jadi bagi pegiat alam yang punya jiwa kemanusiaan untuk menolong sesama bisa membantu tidak hanya dengan turun ke lapangan, tapi berkontribusi membuat peta ini. Sehingga penanggulangan bencana bisa lebih efektif dan efisien," katanya.
Melalui peta yang telah direkayasa tersebut maka para relawan yang berada di lapangan bisa sangat terbantu dalam menentukan titik pendistribusian bantuan hingga penyelamatan para korban.
"Kita di sini belajar membuat peta untuk bekal di perjalanan. Jadi kita belajar bagaimana menganalisis sebuah kejadian hingga praktik langsung. Dan ini adalah sekolah yang pertama," ujar Dirga.
Untuk membuat rekayasa peta tersebut dibutuhkan data awal berupa citra satelit atau peta yang ada sebelum bencana. Selanjutnya gambaran tersebut dianalisis dengan dampak bencana menggunakan perangkat lunak Arcgis, hingga akhirnya menghasilkan peta baru yang bisa membatu selama di lapangan.
Selain menggelar Sekolah GIS, para peserta pada Jumat 5 Oktober juga menggelar diskusi khusus bersama Basarnas Jabar dengan topik menghadapi bencana di Indonesia yang digelar di Sekretariat Wanadri, Jalan Aceh, Kota Bandung. (tro/ern)