Perajin di Garut Ngeluh Kalah Saing dengan Batik Impor

Perajin di Garut Ngeluh Kalah Saing dengan Batik Impor

Hakim Ghani - detikNews
Selasa, 02 Okt 2018 15:24 WIB
Agus Sugiarto (53), seorang perajin batik di Garut. (Foto: Hakim Ghani/detikcom)
Garut - Hari Batik Nasional diperingati hari ini. Sejumlah perajin batik di Kabupaten Garut mengeluh lantaran batik buatan mereka mulai tersaingi gempuran batik impor.

Hal tersebut diungkapkan Agus Sugiarto (53), seorang perajin batik di kawasan Tarogong Kidul. Ia merasa batik buatannya tak lagi diminati seperti dulu. Ada beberapa faktor yang membuat batik-batiknya kini kurang laku. Salah satunya produk batik impor yang bertebaran di pasaran.

"Saya suka sedih kalau lihat pegawai pemerintah atau swasta pakai batik impor. Mungkin mereka belum bisa membedakan," ujar Agus kepada wartawan di rumah pengolahan batik miliknya, Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat, Selasa (2/10/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus telah memproduksi dua jenis batik yakni batik cap dan tulis sejak 2000. Harga batik yang mahal karena proses pembuatan yang rumit juga jadi salah satu alasan kenapa batik kurang diminati.

Setiap batik tulis berukuran 2,6x1,05 meter dihargai Rp 1,5 juta. Sedangkan batik cap dihargai 200 ribu per helai dengan ukuran 2,30x1,05 meter.

"Batik cap yang lokal itu harganya sekitar Rp200 ribu. Kalau impor Rp100 ribu juga bisa dapat tiga," kata Agus

Penurunan omzet dirasakan Agus. Sejak tahun lalu, pesanan turun 40 persen.

Di Hari Batik Nasional ini, Agus berharap agar pemerintah bisa ikut membantu memasarkan batik-batik produksi perajin lokal. Ia berharap batik bisa kembali berjaya di tanah sendiri.



Saksikan juga video 'Menelusuri Perjalanan Batik di Indonesia':

[Gambas:Video 20detik]

(bbn/bbn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads