Keluhan warga itu sudah disampaikan dengan mendatangi langsung PT Semen Jawa, Siam Cemen Group (SCG) di Jalan Palabuhan II, Kamis (20/9/2018). Mereka menyampaikan keluhannya akibat aktivitas tambang semen.
Warga mengaku kehilangan air bersih akibat eksploitasi tambang semen tidak jauh dari lokasi perkampungan warga. Warga menyebut eksplotasi tersebut dilakukan PT Tambang Semen Sukabumi (TSS) rekanan PT SCG di Gunung Guha.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oon menyebut ada ratusan warga yang saat ini bernasib sama, sumur gali kering hingga memgakibatkan sulitnya mendapatkan air bersih.
"Hari ini masih mending, hujan sudah tiga kali mengguyur. Sumur naik dan itu yang dimanfaatkan. Coba kalau enggak ada hujan, lagi-lagi air selokan yang dipakai mandi, mencuci sampai minum ini kebutuhan vital bisa dibilang 99 persen warga sini minumnya air selokan," ungkap dia.
Kondisi sulitnya air dirasakan warga sudah sejak dua tahun terakhir ini, ketika eksploitasi tambang mulai dilakukan. "Puluhan tahun saya tinggal di kampung ini, baru sekarang setelah ada tambang air mengering. Protes kami hanya di dengar dan berujung janji," imbuh dia.
Pengamatan detikcom, tidak hanya dari saluran air selokan warga juga membentangkan selang plastik dari penampungan air di sawah. Selokan itu mengarah ke pemukiman warga, ada yang menampungnya di dalam bak air ada juga yang langsung memanfaatkannya ke bak-bak berukuran besar.
Madin (50) ketua RT 5 membenarkan kondisi yang dialami warga, saat ini air selokan adalah satu-satunya solusi meskipun kandungan airnya belum diketahui.
"Kita mau minum dari mana, hanya ada air selokan. Urusan kesehatan nomor dua karena sampai detik ini belum ada solusi baik dari perusahaan maupun pemerintah," ungkapnya.
Hingga saat ini Madin mengaku masih berjuang untuk air bersih yang menjadi hak warganya. Mereka mengaku tidak akan bosan memprotes perusahaan tambang hingga hak warga terpenuhi. "Sampai manapun akan kami kejar," ujar Madin
Tonton juga 'Hiii... Ribuan Ikan Sapu-sapu Mati di Curug Parigi Bekasi':
(sya/mud)