Warga awalnya akan melakukan demonstrasi di perusahaan asal Thailand tersebut, surat pemberitahuan aksi kepada pihak kepolisian dengan melibatkan 300 warga itu sempat beredar namun akhirnya batal digelar. Menurut warga ada pihak yang meminta audensi dan mediasi.
"Ada belasan mata air sekitar 17 an yang hancur akibat eksploitasi tambang. Warga mengeluh kehilangan air bersih," kata Girsang, kuasa hukum warga kepada awak media, Kamis (20/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak mau menuduh, tapi bisa dibuktikan di lokasi. Warga menggali sumur tapi tidak ada airnya bahkan ada yang sampai minum air selokan itu nyata di Kampung Leuwidinding, Desa Tanjungsari. Ada eksploitasi air besar-besaran untuk kebutuhan bahan semen," lanjutnya.
Sementara itu, dalam selebaran yang diterima detikcom warga menuntut beberapa poin. Hal yang paling utama menurut warga adalah penolakan sistem pertambangan dengan menggunakan bahan peledak.
Penggunaan bahan peledak dinilai warga berdampak sangat besar baik terhadap kerusakan rumah atau bangunan yang hampir mencapai 1.000 rumah dengan radius yang cukup jauh. Selain kerusakan rumah warga, banyak hewan ternak yang mati karena stres dengan suara ledakan.
Sayangnya, ketika awak media akan meminta konfirmasi kepada pihak perusahaan sejumlah petugas keamanan tidak memberikan izin. "Mohon maaf tidak bisa masuk harus ada ijin dari pimpinan, ini sudah aturan," tutur seorang petugas.
Salah seorang petinggi di PT Semen Jawa melalui pesan singkatnya meminta detikcom untuk menghubungi salah satu perusahaan rekanan yang bergerak di bidang public relations. (sya/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini