Pantauan detikcom, Selasa (11/9/2018), tebing itu memiliki tinggi sekitar 20 meter. Mengantisipasi kendaraan terperosok, warga menandai jalan menggunakan bambu, kain spanduk dan memasang bendera.
Salah satu warga, Jajang mengatakan, kondisi itu sudah terjadi sejak lama dan belum ada penanganan dari pemerintah. "Dipasang tanda oleh warga, takutnya kalau enggak ditandai jalannya ambles dan kendaraan dikhawatirkan terperosok ke sungai," kata Jajang saat ditemui di lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya bambu penanda ini menghalangi jalan, tapi kalau enggak ditandai risikonya lebih tinggi," ujar Jajang.
Menurut dia, tebing tanah itu sedikit demi sedikit tergerus. Memasuki musim hujan, Jajang khawatir tebing tanah itu longsor dan menggerus aspal jalan yang ada di atasnya.
"Takutnya ambrol, terus aspal jalannya longsor karena terbawa air," ujarnya.
Jajang berharap kepada pemerintah untuk segera memperbaiki tebing itu dengan membangun tembok penahan tanah (TPT). "Saya mohon dinas terkait segera turun tangan, jika dibiarkan takutnya memakan korban," kata Jajang.
Salah satu pengguna jalan, Udin Solehudin (48) berujar, bambu penanda itu mengganggu para pengguna jalan. "Mengganggu sekali, coba kalau siang terlihat, ini malam di sini gelap. Takutnya ada yang menabrak bambu itu, soalnya posisinya ada di tengah-tengah. Semoga pemerintah segera turun tangan," kata Udin. (bbn/bbn)











































