Hal ini diungkap Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Agus Budianto usai pengambilan visual lubang tersebut, Selasa (11/8/2018).
Agus menilai amblesan akan menyesuaikan jalur terowongan yang ada di bawahnya. Dengan lebar sungai 10 meter, maka diameter lubang akibat erosi air di bawahnya akan menyesuaikan terowongan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menahan erosi tersebut PVMBG memberikan solusi di antaranya membangun struktur fondasi yang dapat menahan amblesan dan erosi yang disebabkan rembesan air di bawah tanah.
"Jalur airnya harus dilancarkan, bersihkan semuanya agar air tidak mengerosi kiri kanannya harus dibuat fondasi yang kedap air. Banyak solusi yang dibuat, misalkan dibuat fondasi lalu ditutup lagi atau dibuat terbuka menyesuaikan aliran air. Intinya biarkan air tetap mengalir sesuai tempatnya dan tidak mengerosi sekitarnya," tuturnya.
Agus menjelaskan lubang tersebut terbentuk secara alami, begitu pun dengan gua coblong atau terowongan air yang berada di bawah tanah yang kini telah berubah menjadi area persawahan warga.
Menurutnya, tim dari badan geologi sudah pernah meneliti di lokasi lubang. "Kesimpulannya lubang ini terbentuk secara alami, dibangun oleh material vulkanik Gunung Gede. Selain itu, di bawah lubang ini ada terowongan air, terjadi erosi terus menerus dan terjadi amblesan seperti saat ini," ujar Agus.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini