Protes itu dilayangkan sopir angkutan kota (angkot) jurusan Terminal Guntur-Bayongbong kepada pengusaha dan pemerintah yang dianggap lambat dalam melakukan proses pengerjaan jembatan yang terletak di jalan nasional itu.
Ujang Heryadi (34), salah seorang sopir angkot mengatakan, proyek pembangunan jembatan itu membuat para sopir merugi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ujang menjelaskan setiap hari normalnya ia bisa bolak-balik Terminal Guntur-Bayongbong 10 kali menarik penumpang. Namun semenjak adanya perbaikan jembatan ia hanya bisa narik penumpang 5 rit saja.
Selain membuat jalanan menjadi macet, sambung Ujang, perbaikan jembatan juga membuat para sopir harus mengeluarkan modal ekstra untuk membeli bahan bakar mobil.
"Sekarang kalau macet kan mesin tetap nyala. Jadi boros. Sekarang jarak tempuhnya bisa sampai 60 menit untuk melalui jalan sepanjang 15 meteran," kata Ujang.
Ujang berharap agar jembatan dikebut pembangunannya. Selain sopir angkutan umum, sejumlah sopir elf dan warga sekitar pun mengeluhkan pembangunan jembatan ini.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Jembatan Cipeujeuh diperbaiki Pemprov Jabar. Di mana pemerintah memperluas lebar jembatan. Dalam papan informasi pembangunan, jembatan itu dikerjakan selama 210 hari kalender.
Sementara itu berdasarkan pantauan detikcom, kerap terjadi kemacetan di kawasan ini semenjak pembangunan jembatan berlangsung. Pasalnya, selain merupakan akses utama, jalur itu juga kerap digunakan wisatawan luar kota yang hendak berlibur menuju Gunung Papandayan dan kawasan wisata pantai selatan. (bbn/bbn)