Pada event ini, wisatawan akan diajak untuk berjalan kaki pada malam hari mulai pukul 20.00 WIB, menyusuri hutan dan jalan setapak menuju Situs Astana Gede Kawali sejauh sekitar 1 Kilometer berakhir pada dini hari. Berangkat dari halaman Kantor Kecamatan. Tujuannya untuk mendekatkan diri dengan alam.
Saat perjalanan malam ini, di belasan titik disediakan panggung pertunjukan untuk menampilkan berbagai kesenian tradisional dari berbagai daerah di Ciamis. Wisatawan atau masyarakat tidak perlu khawatir akan gelap selama perjalanan, karena akan dihiasi indahnya ratusan cahaya lampion dan obor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Even yang digelar dua tahunan ini diselenggarakan oleh para pelaku seni Ciamis, mahasiswa dan Pemkab Ciamis. Salah satu pencetusnya adalah Godi Suwarna yang merupakan sastrawan Internasional asal Ciamis. Nyiar Lumar sudah diselenggarakan sejak 20 tahun lalu.
Nyiar Lumar ini diikuti juga oleh Budayawan dan Seniman dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Bali, Cirebon, Karawang, Bandung, Subang, Garut, dan lainnya.
Nyiar Lumar sendiri mengandung arti dari dua kata dalam bahasa Sunda, Nyiar artinya mencari dan Lumar adalah sejenis jamur yang tumbuh di tunggul pohon bambu yang pada malam hari terlihar bercahaya.
"Jadi Nyiar Lumar ini memiliki makna berjalan mencari cahaya, yang artinya dalam kehidupan harus berjuang untuk mencari kehidupan yang sejahtera," ujar Koordinator Kegiatan Nyiar Lumar Didon saat pembukaan pra Nyiar Lumar di halaman Kantor Kecamatan Kawali Sabtu (28/7/2018).
![]() |
Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ciamis Max Sopyan mengatakan Ciamis memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian. Baik warisan sejarah maupun warisan tak benda.
"Tentunya ini harus kita lestarikan, bangun dan dimanfaatkan di Tatar Galuh Ciamis, salah satunya dengan Upacara Nyiar Lumar ini," jelasnya.
Diharapkan, dengan Nyiar Lumar ini dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap seni dan budaya sebagai salah satu warisan. (mud/mud)