Hal ini tentu menjadi persoalan tersendiri bagi perkembangan industri film di tanah air. Hasrat konsumen film yang ingin menyaksikan karya berkualitas, pupus karena disuguhi alur cerita biasa-biasa aja.
Dampaknya jumlah penonton film yang tayang di bioskop jauh dari target. Sehingga film tersebut juga tak mampu eksis lama di layar-layar bioskop tanah air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Titik utama (cerita film) mengenai penghiatan misal. Kemudian dijabarkan beberapa hal penghianatan itu seperti apa," kata Jasman saat menjadi pemateri dalam Semiloka Penulisan Kritik Film di Swissbel Hotel, Jalan Otista, Kota Bandung, Rabu (25/7/2018).
Menurutnya konflik merupakan nyawa dalam sebuah karya film. Sehingga, sambung dia, bagaimana caranya konflik tersebut dibuat menarik agar terus disaksikan oleh para penonton.
"Kita (penulis skenario dan sutradara) terkadang tidak eksplor dan menjabarkan setiap konflik itu lebih jauh. (Penghianatan) itu sebenarnya kejadian yang biasa terjadi, tapi banyak variasinya dan bisa digali lebih dalam," tutur kritikus film tersebut
Ia mengatakan di samping konflik yang bervariasi, story telling dalam sebuah film juga menjadi komponen penting. Penulis skenario dan sutradara harus berani mengambil plot berbeda dari film-film lainnya.
"Jangan perkenalan (tokoh utama dan tokoh lainnya) gara-gara sapu tangan dan buku jatuh. Pembukaannya selalu begitu (monoton). Harusnya mengambil cerita berbeda yang lebih menarik disimak," ujar Jasman. (bbn/bbn)