Ali menuturkan 12 kecamatan tersebut antara lain Pangenan, Astanajapura, Mundu, Arjawinangun, Gegesik, Kapetakan, Gunungjati, Suranenggala, Losari, Pabedilan, Gempol, dan Ciwaringin.
"Kami belum bisa memastikan total secara keseluruhan lahan pertanian dari 12 kecamatan yang terancam gagal panen. Luas lahan pertaniannya bervariasi, ada yang 45 hektare, 50 hektare, dan lainnya," kata Ali saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (23/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekeringan di sala satu sawah wilayah di Kabupaten Cirebon (Foto: Sudirman Wamad) |
"Di wilayah yang masih memungkinkan untuk bisa panen, kami berikan bantuan pompa air. Sumur buatan juga kami buat, agar terselamatkan dari gagal panen," jelas dia.
Salah seorang petani asal Kecamatan Suranenggala Suwiri (47) mengaku selalu dihantui gagal panen setiap tahunnya lantaran kekeringan. Bahkan, dikatakan Suwiri, sejumlah petani di Suranenggala terpaksa menanam ulang tanaman padi.
"Kemarin-kemarin sudah menanam, tapi mati. Sekarang tanam lagi. Setiap tahun seperti ini," kata Suwiri saat ditemui detikcom di Desa Suranenggala Lor, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon.
Dia mengatakan selama satu tahun rata-rata petani di Kecamatan Suranenggala hanya merasakan satu kali masa panen. "Normalnya kan dua kali, di sini hanya sekali. Karena kekurangan air itu," katanya.
Dia mengatakan bagi petani yang gagal panen biasanya mendapatkan kompensasi dari pemerintah sebanyak Rp 3 juta untuk satu hektare sawah yang gagal panen. Namun, diakui Suwiri, uang kompensasi itu belum menutup kerugian yang dirasakan petani.
"Ada kompensasi juga tetap rugi. Biaya produksi itu bisa sampai Rp 6 juta untuk satu hektare sawah. Itu sudah termasuk beli pupuk, ongkos tanam, traktor, dan lainnya," ujar Suwiri (mud/mud)












































Kekeringan di sala satu sawah wilayah di Kabupaten Cirebon (Foto: Sudirman Wamad)