Potret harmonis itu tercermin dari banyaknya komunitas nonmuslim yang ikut dalam acara tersebut. Salah satunya berasal dari komunitas Hakka Ako Amoi Kota Bandung yang merupakan warga Tionghoa.
"Saya senang sekali bisa ikut buka bersama ini. Sangat terasa suasa kekeluargaannya," ujar Yulita, salah satu perwakilan Hakka Amoi Bandung, di lokasi kegiatan Bubos, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Sabtu (2/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya momen Bubos 2018 merupakan perwujudan dari Bineka Tunggal Ika yang meski berbeda tapi tetap satu. "Bineka Tunggal Ika di sini bukan hanya sekadar kalimat. Tapi inilah perwujudannya, kita bersatu bersama di sini," kata Yulita.
Di tempat yang sama, Hakka Ako Bandung 2017, Kiki, mengaku senang bisa ikut berbaur bersama belasan temannya di acara Bubos 2018. "Bagi saya ini momen menarik di mana kita bisa makan bersama, satu alas tanpa melihat perbedaan. Dan tempatnya istimewa di Asia Afrika," ujar Kiki.
Aktivis Difabel Bandung Raya Aden Ahmad ME mengungkapkan hal serupa berkaitan Bubos yang sudah berlangsung selama tiga periode. Menurut dia, acara tersebut dapat menggali kepedulian antarsesama untuk saling berbagi.
"Kita nikmati bersama indahnya Bulan Ramadan ini dengan kebersamaan dan rasa saling peduli juga berbagi," ujarnya.
![]() |
Acara Bubos 2018 ini menghadirkan sekitar 3.000 orang duafa, yatim piatu, lansia dan veteran. Mereka diundang secara khusus untuk menikmati buka puasa bersama dengan sejumlah komunitas. Selain mendapat makanan, mereka dibekali kadeudeuh yang berasal dari swadaya. (bbn/bbn)