Menristekdikti Mohamad Nasir mengungkapkan, saat ini APK perguruan tinggi di Indonesia baru mencapai 31,5 persen. Perlu sebuah inovasi agar APK perguruan tinggi Indonesia bisa meningkat. Salah satunya dengan mengembangkan proses pembelajaran berbasis online.
"Pengembangan teknologi di dunia, maka Indonesia harus melakukan perubahan mendasar (untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi)," kata Nasir, dalam konferensi pers, di Kampus Unpad, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Rabu (2/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini sistem jaringan yang dibuat di tempatkan di perguruan tinggi di seluruh Indonesia," katanya.
Sejauh ini, kata dia, sudah ada 80 perguruan tinggi negeri dan swasta yang telah memanfaatkan sistem jaringan ini. Dia berharap akan ada banyak lagi perguruan tinggi yang menggunakan sistem pembelajaran berbasis daring ini.
"Karena tujuannya adalah bagaimana sistem perkuliahan ke depan memanfaatkan sistem jaringan ini," ujarnya.
Melalui pembelajaran daring, pihaknya juga berharap mampu meningkatkan akses masyarakat dalam menempuh jenjang pendidikan tinggi berkualitas secara signifikan. Pasalnya, tambah dia, rasio pembelajaran tidak lagi berpatokan pada rasio dosen, namun lebih fleksibel bahkan bukan tidak mungkin satu profesor mengajar 1.000 mahasiswa.
"Jadi kami harapkan APK peningkatannya tidak setengah persen. Di tahun pertama bisa satu persen, tahun berikutnya karena sudah tersosialisasi dengan baik peningkatannya harus tinggi. Korea Selatan dengan sistem daring APK nya 92 persen. Kita juga pasti bisa makanya harus kita garap terus," ujarnya.
Tidak hanya itu, tambah dia, dengan pembelajaran sistem daring juga bisa menekan biaya kuliah sampai 50 persen. "Misalnya kalau sekarang biaya kuliah Rp5 juta maka dengan dari bisa Rp2,5 juta. Karena dengan kuliah seperti ini tidak membutuhkan tempat dan juga tidak perlu tatap muka," katanya.
(avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini