Galeri barang antiknya itu diberi nama Cheribon Vintage, lokasinya di Jalan Kutagara, Kelurahan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Dari sederetan kios yang ada di Jalan Kutagara itu, hanya kios milik Agus yang berbeda sendiri.
Sepeda ontel berjejer di depan galerinya. Barang-barang antik yang dipajang rapih di setiap sudut ruangan galeri milik Agus itu seakan membawa pengunjung ke masa lalu. "Pekerjaan paling mengasikan adalah hobi yang dibayar. Sebelum melakoni bisnis jual-beli ini saya koleksi barang antik," kata Agus saat ditemui di galerinya, Jumat (20/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu itu bapak ninggalin banyak macam barang. Lihatnya senang, terus saya berburu benda-benda antik dan zaman dahulu," katanya.
Mesin jahit buatan tahun 1920 menjadi salah satu barang tertua yang Agus miliki. Agus juga mengaku tak mudah untuk mendapatkan barang-barang antik.
Agus juga tak menampik di Cirebon mulai menjamur pehobi barang antik. Namun, diakui Agus, pehobi barang antik di Cirebon lebih kepada barang-barang bersifat klenik.
"Banyak teman sih, tapi bukan seperti ini. Mereka lebih pada batang-barang yang klenik-klenik gitu, semacam keris dan lainnya," ucapnya sembari membersihkan kamera analog buatan tahun 1990.
Agus mengaku khawatir barang-barang antik miliknya tak bisa dirawat. Hobinya tak diturunkan ke kedua anaknya. Bisnis sewa dan jual-beli barang antik menjadi solusi agar barang-barang antiknya tetap ada yang merawat.
"Sudah setahun lebih bisnis ini. Soal harga sih kondisional, perjanjian antara konsumen dengan saya. Tak ada patokan harganya," lanjut Agus.
Agus mengaku bisnis jual-beli barang antik sedang surut. Tak banyak yang mengunjungi galerinya. Kondisi tersebut berbeda dengan tahun sebelumnya.
"Sekarang lagi sepi. Terus, di Cirebon kan beda dengan kota lainnya seperti Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Di sini kan cenderung ke barang-barang klenik. Kalau penyewaan itu untuk dekorasi pernikahan bisa, foto bersama bisa, dan lainnya," tutup Agus. (avi/avi)