Gudang walet yang usianya sudah puluhan tahun itu milik Cokro Pitando, warga Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Anak dari pemilik gudang, Koko Dinata mengatakan, gudang tersebut sudah tak lagi digunakan untuk sarang walet. Alasannya, sudah tak ada lagi burung walet yang bersarang di gudang tersebut.
"Kalau usia bangunannya sudah 50 tahunan. Dulu aktif, sekitar tujuh tahunan sudah tak aktif lagi. Omzetnya turun, jadi ditinggalkan," ungkap Koko kepada awak media di lokasi gudang walet yang ambruk, Desa Gegesik Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (17/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Sudah ada ke arah sana (kompensasi), termasuk soal sanggar. Ngobrol sama keluarganya belum, karena masih ada tahlilan. Kita turut berbelasungkawa," ucap Koko.
Lebih lanjut, Koko menyebutkan, sebelumnya di depan gudang walet tersebut sempat dihuni oleh saudaranya. Bahkan, kata dia, keluarganya kerap mengecek kondisi bangunan. Namun, ia tak pernah memiliki rencana untuk melakukan pemugaran.
"Ya sering ditengok. Ya hanya nengok bangunan sarang walet saja. Kalau yang roboh itu kan fondasinya. Kalau fondasi ya tidak kelihatan ya lapuk tidaknya. Untuk merapikan enggak pernah, karena dianggap kuat," tutur Koko.
Polisi sudah melakukan olah TKP terkait kejadian maut yang menewaskan tujuh orang itu. Peristiwa ambruknya tembok gudang walet yang menimpa sanggar seni milik Suherman Basiri itu terjadi Senin (16/4), sekitar pukul 10.30 WIB.
Akibat kejadian itu sebanyak tujuh orang tewas, salah satunya Suherman dan enam di antaranya merupakan pelajar yang tengah berlatih gamelan. Selain itu, empat korban lainnya mengalami luka-luka, satu di antaranya masih dirawat di RSUS Gunung Jati Cirebon.
(bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini