Sejak lahir Maryani mengaku hanya melihat lampu cempor di rumahnya. Perkampungannya belum teraliri listrik, sehingga setiap malam, hanya lampu cempor yang jadi sumber cahaya di rumahnya. Lampu cempor di rumah Maryani berbahan bakar solar. Mengeluarkan asap hitam pekat dan bau menyengat, lampu itu, selalu membuat Maryani tak nyaman membaca di malam hari.
"Kalau malem nggak bisa belajar optimal. Susah baca karena cuma pakai cempor. Kalau mau maksain, harus pakai senter. Itu pun nggak leluasa," kata Maryani saat ditemui detik di rumahnya, Jumat pagi (13/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan hanya Maryani, teman-temannya di SMP Bunga Bangsa lainnya mengalami nasib sama. Begitu pula puluhan siswa SD Negri Wanajaya III, yang letaknya sebelahan dengan Bunga Bangsa.
"Kondisi siswa di sini memang memprihatinkan. Semua rumah siswa dipastikan tak teraliri listrik. Saat malam, mereka tidak bisa belajar," ujar Dohim, kepala PKBM Bunga Bangsa saat ditemui detik Jumat (13/4/2018).
Namun, kata Dohim, hal itu tidak membuat siswa patah semangat. Bahkan siswa yang berasal dari wilayah lain tetap sekolah meski jauh dari sekolah. "Beberapa siswa bahkan jalan kaki 2 jam untuk ke sekolah," ungkap Dohim.
Optimisme akhirnya muncul pada Kamis (12/4/2018), rumah para siswa asal Cilele berhasil diselamatkan dari kegelapan. Yayasan Pilar Peradaban terjun ke perkampungan tersebut. Belasaan siswa SMK asal Bandung diajak untuk memasang lampu di desa itu, sejak Selasa (12/4).
"Sepaket lampu ini dibagikan gratis," ujar Ujang Koswara, dari yayasan Pilar Peradaban saat ditemui detik, Kamis sore (12/4/2018).
![]() |
Ujang adalah penggagas program Limar atau listrik madani rakyat. Sejak 10 tahun lalu, ia pergi ke pelosok negeri membagikan lampu Led temuannya kepada masyarakat desa yang tak tersentuh listrik.
Kali ini, Ujang dan belasan siswaSMK asal Bandung membantu masyarakat DesaCilele di pedalamanKarawang. Selama 2 hari, sejak Kamis hingga Jumat, Ujang dan kawan - kawannya memasang sepaket lampulimar di 50 rumah di kampung itu
Kampung Cilele sebetulnya dekat dengan kota. Letaknya kurang lebih 2 kilometer di belakang Karawang International Industrial City (KIIC), kawasan industri dengan penanaman modal asing terbanyak di Karawang. Namun 4.500 keluarga di sana hidup dalam keterbatasan. Hingga saat ini, desa itu belum dialiri listrik.
"Kami memang prioritaskan rumah siswa yang belajar di sekolah ini," kata Ujang.
Menurut Ujang, para pelajar di Cilele tidak seberuntung pelajar di kota. "Mereka tidak punya kesempatan belajar yang sama dengan anak kota. Karena di malam hari, mereka sulit membaca. Di rumah mereka, penerangan seadanya," kata dia. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini