Dosen ITB Berhasil Ciptakan Alat Deteksi Dini Petir

Dosen ITB Berhasil Ciptakan Alat Deteksi Dini Petir

Mochamad Solehudin - detikNews
Kamis, 12 Apr 2018 12:46 WIB
Syarif Hidayat, Dosen ITB/Foto: Mochamad Solehudin
Bandung - Indonesia merupakan negara tropis dengan potensi terjadinya petir sangat tinggi. Kondisi itu mendorong Syarif Hidayat seorang dosen ITB untuk membuat alat pendeteksi peringatan dini petir yang disebut early warning lighting detection.

Syarif melihat energi yang dilepaskan petir sangatlah tinggi. Bahkan kekuatanya bisa melebihi pusat pembangkit listrik di Amerika, sehingga petir cukup berpotensi menimbulkan bencana.

Kondisi itu yang mendoronnya untuk melakukan riset dan membuat inovasi alat deteksi peringatan dini petir. "Setidaknya Indonesia memiliki pakar ahli petir, karena kerapatan petir Indonesia tertinggi sampai 24 sambaran per kilometer persegi per tahun. Di daerah Bogoro, artinya 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan Jepang. Sedangkan di Bandung sekitar 12 sambaran per kilometer persegi per tahun," kata Syarif, dalam rilis yang diterima, Kamis (12/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Syarif menjelaskan, sistem kerja early warning lighting detection itu terdiri dari dua bagian utama, yakni sensor dan prosesor. Sensor dengan diameter 20 cm dan tinggi 15 cm, diletakan di atas tiang dengan minimal ketinggian satu meter dengan jarak tiga kali dari ketinggian bangunan terdekat. Sementara prosesor dari alat pendeteksi dengan sensor melalui kabel data dan diberi daya sebesar 10 watt.

Prinsip kerja dari alat ini alah mendeteksi aktivitas medan elektrostatik di awan dengan radius dua kilometer. Berdasarkan prinsip itu,sebuah perangkat yang disebut electrik field mill monitor bisa memberikan prediksi mengenai sejauh mana aktivitas pemisahan muatan tersebut terjadi sehingga dapat memberikan peringatan dini sebelum petir benar-benar terjadi.

Dia melanjutkan, ada empat tahapan peringatan dini yang diberikan. Pertama ketika sudah terdeteki adanya aktivitas pemisahan muatan di awan, yang artinya mulai waspada akan potensi terjadinya petir. Kedua diberikan ketika mulai terjadi pelepasan muatan sebelum petir turun ke bumi.

Selanjutnya, di tahap ketiga ketika petir sudah turun ke bumi dan tahap terakhir ketika sudah tidak terjadi aktivitas baik pemisahan maupun lepasnya muatan pada awan, sehingga masyarakat bisa melakukan kegiatannya kembali.

"Daerah yang cocok untuk early warning lighting detection adalah daerah-daerah tempat dilaksanakan kegiatan outdoor seperti lapangan golf, pertambangan, pertanian, tempat rekreasi dan lain-lain yang merupakan daerah terbuka," katanya.

Dia menambahkan, saat ini early warning lighting detection sedang dalam proses mendapatkan hak paten dan satu lagi perangkat lunak assesment bahaya petir juga sedang dalam proses mendapatkan hak cipta.

(avi/avi)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads