Bona adalah anak ke 6 dari 7 bersaudara, putra pasangan Maman dan Otimah. Bona lulus sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTS) Yasrib, di Kampung Tonjong tahun 2013 silam. Selepas lulus MTS Bona tidak melanjutkan sekolah dan ikut dengan kakaknya bekerja di pabrik roti di Palembang.
"Lulus sekolah tahun 2013, nganggur dulu kemudian berangkat tahun 2014 ke Palembang ikut kakak ngurusin pabrik roti. Bertahan 3 tahun, pulang lagi ke Palabuhanratu," tutur Bona didampingi Deni (37) sang kakak kepada detikcom, Selasa (10/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepulang dari Palembang, Bona yang lahir dari keluarga kurang mampu ini lebih memilih berdiam diri di rumah. Terkadang dia bantu-bantu mencari uang dengan menjadi kuli bangunan, jika tidak ada kegiatan dia main bersama teman-teman sebayanya.
"Kadang diam di rumah, kalau ada kerjaan seperti sekarang saya bantu-bantu mengaduk semen karena kakak saya sedang bangun rumah. Dapat uang saya kumpulin, pengennya sekolah lagi kalau bisa ikut Paket C biar sudah lulus punya ijazah kemudian kuliah dan kerja yang layak," lanjutnya.
![]() |
Warga kampung tempat Bona tinggal memiliki pekerjaan yang variatif selain nelayan ada juga yang bekerja sebagai tukang ojek. Cuaca pantai selatan yang panas membuat warga terkadang membuka baju di siang hari, hal sama terjadi saat Bona mengejar dan mencolek Presiden Joko Widodo.
"Kalau siang gerah, memang biasanya laki-laki bertelanjang dada. Namanya daerah pesisir, gerah dan panas kalau siang," jelasnya.
Bona berharap keinginannya untuk sekolah tercapai suatu hari nanti, yang terpikirkan olehnya saat ini adalah bekerja mencari rejeki. Meski doyan bercanda dan dikenal bandel oleh keluarganya, Bona bukan pemuda yang sering kumpul-kumpul tak jelas.
"Enggak pernah mabuk-mabukan, paling nongkrong main ke laut. Ngeroko juga enggak, buat apa enggak ada faedahnya," tutup dia. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini