Adalah Dedi Afyaman dari Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MPKS) yang mengungkap jika pada tahun 2014 sekolah tersebut sudah sempat dilarang menerima siswa baru. Namun mereka tetap ngeyel melakukan kegiatan belajar mengajar.
"Garis pembelajaran dan segala sesuatu yang menunjang pendidikan mereka tidak jelas. Permasalahannya sama dengan tahun ini, mereka bertahan karena dalihnya punya siswa padahal jumlah siswa yang mereka klaim dengan kenyataan itu berbeda," kata Dedi, di kantor Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jabar, Kamis (5/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padahal kami sudah mengingatkan hal ini ke Cab Disdik, namun karena saat itu bentuknya masih balai (bukan dinas) dan masih peralihan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, serta alasannya sudah mepet dengan waktu UN akhirnya diloloskan. Puluhan siswa Cinus saat itu bisa mengikuti ujian," lanjutnya.
Keanehan SMK Cinus juga diungkap Asep Burdah, Kasi Pelayanan Cab Disdik Propinsi Jabar. Dia mengaku sempat mendapat informasi dari kepsek pada 2017 lalu. Saat itu kepsek mengaku ada sebanyak 5 siswa yang duduk di kelas 11.
"Dulu pernah mengaku siswa kelas 11 ada 5 orang, nah tahun ini kelas 11 yang sudah duduk di kelas 12 katanya jadi 38 ini kita telusuri dari mana. Sementara pengakuannya berubah-ubah memang ada pindahan dari sekolah lain tapi tetap kita telusuri, jangan sampai kita bantu malah bermasalah ke kitanya," tutur Asep.
Asep lebih dulu akan melakukan investigasi mandiri yang akan dilakukan ke siswa di sekolah tersebut. "Satu-satu kita cek history nya, mereka dari mana apakah memang dari kelas 10 di SMK Cinus, kalau pindahan dari sekolah mana dan lain-lain ini kita cek semua," tandasnya. (avi/avi)