Susuri Jejak Kereta Api Banjar-Pangandaran Peninggalan Belanda

Susuri Jejak Kereta Api Banjar-Pangandaran Peninggalan Belanda

Tri Ispranoto - detikNews
Jumat, 23 Mar 2018 10:35 WIB
Foto: Tri Ispranoto
Pangandaran - Sebelum seperti saat ini, warga di wilayah selatan Jawa Barat (Jabar) pernah menikmati sarana transportasi kereta api. Seperti halnya wilayah Kabupaten Pangandaran yang pernah terlintasi sarana transportasi massa tersebut.

Sebelumnya warga yang ingin bepergian dari dan menuju Pangandaran bisa menggunakan kereta api mulai dari Stasiun Banjar, Kota Banjar dan berakhir di Stasiun Cijulang, Kabupaten Pangandaran dengan jarak tempuh sekitar 82,2 KM.

Jalur yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui Staatsspoorwegen (SS) ini mulai beroperasi pada 15 Desember 1916 dan terakhir kali beroperasi pada 1 Februari 1982. Meski tidak beroperasi lagi, jejak jalur kereta api yang menelan biaya pembuatan hingga 9.583.421 Gulden (mata uang Belanda) saat itu masih membekas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diawali dari peninggalan yang masih ada di Stasiun Banjar yang merupakan titik awal keberangkatan, di tempat ini jalur kereta api akan terbelah yakni arah barat menuju Bandung atau berbelok ke selatan menuju Pangandaran.

Jalur awal keberangkatan kereta api menuju Pangandaran kini sudah tidak lagi tersisa karena tertutup oleh perluasan stasiun seperti menjadi taman. Meski begitu jejak peninggalan masih bisa terlihat dari keberadaan Dipo dan menara air yang dikhususkan untuk kereta api menuju Pangandaran.

Pada titik awal keberangkatan kereta akan melewati Terowongan Philip yang berada di Kampung Pagak, Kota Banjar. Terus menuju selatan jejak kereta masih bisa terlihat dari Viaduct Cikotok yang masih terlihat jika berkendara via arteri Banjar-Pangandaran.

Tepat di daerah Banjarsari, masih terdapat Stasiun Banjarsari yang masih berdiri. Meski terlihat kokoh namun kebedaraannya yang tertutup kios dan kebun warga membuatnya tidak terawat dan hanya menyisakan pintu bagian gudang dan pintu menuju loket.

Kembali ke arah selatan jejak masih bisa terlihat dari keberadaan Stasiun Kalipucang yang lagi-lagi tinggal tersisa bangunan. Jejak rel yang menjadi jalur kereta api sudah tidak lagi terlihat karena tertutup oleh bangunan warga dan sebagian lainnya konon telah hilang dicuri.

Susuri Jejak Kereta Api Banjar-Pangandaran yang Tergerus ZamanFoto: Tri Ispranoto

Stasiun Kalipucang merupakan perhentian terakhir sebelum kereta api mulai berbelok ke arah barat menuju Pangandaran. Kontur alam antaran Kalipucang-Pangandaran yang berupa perbukitan dan sisi pantai membuat jalur ini cukup banyak dilalui oleh terowongan dan jembatan yang panjang.

Di antara dua stasiun tersebut terdapat tiga terowongan yang memiliki keunikan masing-masing. Seperti Terowongan Hendrik yang kini berfungsi sebagai akses keluar masuk warga Desa Pamotan dan Terowongan Wilhelmina yang merupakan terowongan terpanjang di Indonesia dengan panjang 1,116 KM.

Jejak lainnya yang masih bisa terlihat di antara dua stasiun tersebut adalah sejumlah jembatan panjang dengan pemandangan eksotis. Seperti Jembatan Cipamotan atau Cikacepit yang memanjang sekitar 290 meter menghubungkan satu bukit ke bukit lainnya atau Jembatan Cipanerekean yang membentang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.

Stasiun pertama di wilayah selatan setelah Kalipucang adalah Stasiun Pangandaran. Jejak peninggalan di Stasiun Pangandaran bisa dibilang paling utuh. Sebab struktur bangunan masih lengkap dan jejak rel belum sepenuhnya hilang. Lokasi yang berdekatan dengan Pantai Pangandaran membuat stasiun ini masih sering dikunjungi wisatawan.

Pada titik akhir kereta akan berhenti di Stasiun Cijulang. Tempat ini menjadi pemberhentian akhir sekaligus tempat lokomotif akan memutar untuk kembali membawa penumpang dengan tujuan Stasiun Banjar. Lokasi Stasiun Cijulang sangat mudah dijumpai lantaran berdekatan dengan Bandara Nusawiru, Kabupaten Pangandaran.

Sebagai jejak terakhir masa kejayaan kereta api Banjar-Pangandaran, Stasiun Cijulang kondisinya masih cukup utuh. Struktur bangunan gaya Belanda masih bisa terlihat jelas meski sebagian lainnya sudah beralih fungsi seperti menjadi lapangan hingga menjadi kandang hewan warga.

Susuri Jejak Kereta Api Banjar-Pangandaran yang Tergerus ZamanFoto: Tri Ispranoto

Pembina Yayasan Kereta Anak Bangsa (YKAB) Aditya Dwi Laksana mengatakan pada zamannya kereta Banjar-Pangandaran- Cijulang dibangun untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan seperti padi, kopra, coklat, kopi hingga karet.

"Jalur ini juga dibuka untuk aksesibilitas daerah selatan Jabar," ucap Aditya saat berbincang dengan detikcom disela acara Napak Tilas Jalur Kereta Api Non Aktif Banjar-Pangandaran-Cijulang.

Menurut Aditya dalam rencana induk perkeretaapian SS disebutkan jika nantinya bagian selatan Jabar akan tersambung dengan jalur kereta api mulai dari Banjar-Pangandaran-Cijulang kemudian Tasikmalaya-Singaparna, CIbatu-Garut-Cikajang, Dayeuhkolot-Ciparay-Majalaya, Bandung-Soreang-Ciwidey hingga nantinya terus memanjang ke arah Sukabumi dan ujung Provinsi Banten.

"Hanya saja proyek itu terhenti karena adanya resesi ekonomi dunia pada tahun 1930 lalu," ujar Aditya.
Halaman 2 dari 2
(ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads