Rajungan hasil buruan itu masih laku dijual ke perusahaan yang mengolah bahan pengawet dan bahan dasar kosmetik. Januri (30), salah seorang pemburu cangkang rajungan, yang masih bertahan hingga saat ini.
Junari mengatakan sudah belasan tahun memburu dan mengumpulkan cangkang rajungan. Cangkang rajungan yang ia dapat, sambungnya, berasal dari limbah pabrik pengelola daging rajungan yang ada di wilayah Cirebon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kalau cuaca buruk bisa tiga hari. Harus benar-benar kering. Biasanya saya kirim ke perusahaan pengelolaan bahan dasar kosmetik itu 10 ton, setiap 10 ton saya kirim. Biasanya ke Surabaya dan sekitarnya," kata Januri.
Januri mensyukuri pekerjaannya sebagai pemburu cangkang rajungan. Kendati saat ini, harga per kilogramnya sedang merosot. Januri enggan menyebutkan harga pasti harga jual per kilogramnya.
"Disesuaikan dengan permintaan saja. Intinya sedang turun. Dulu di sini banyak yang cari cangkang rajungan, sekarang mah tinggal sedikit," katanya.
![]() |
"Dulu pernah kirim ke Jepang, Taiwan, Tiongkok, dan juga Eropa. Sekarang pasar luar negeri sudah tidak melirik, biasanya kita kirim dulu ke perusahaan lokal, terus produk setengah jadinya itu dikirim ke luar negeri. Sekarang mah beda, konsumsinya untuk lokal saja," tambah Januri.
Selain dikirim ke perusahaan pengelola bahan dasar kosmetik, Januri mengaku, cangkang rajungan juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Prosesnya terbilang mudah, cangkang rajungan yang sudah mengiring digiling terlebih dahulu, kemudian dijual ke perusahaan pakan ternak.
"Kalau untuk pakan ternak kita giling dulu, proses penggilingannya kita sewa ke orang. Karena tidak punya. Alhamdulillah masih bertahan sampai sekarang dan bisa mencukupi kebutuhan hidup. Harapannya sih bisa laku lagi di pasar luar negeri," kata Januri seraya tersenyum. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini