Ketua Pasraman Pura Jati Pramana I Wayan Suardika mengatakan kegiatan tersebut merupakan ritual Pecaruan yang dilakukan satu tahun sekali pada tilem sasih kesembilan atau hari terakhir pergantian tahun.
Suardika menyebutkan pelaksanaan ritual Tawur Agung Kesanga di Cirebon berbeda dengan di Bali. Pelaksanaan ritual tersebut, sambung dia, menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Buana agung itu alam semesta, sedangkan buana alit itu diri kita sendiri. Kita sucikan. Ritual Pecaruan ini rangkaian dari Hari Raya Nyepi, sehari sebelum Nyepi kita akan sembahyang," katanya.
Bertepatan Hari Raya Nyepi Saka 1940/2018 yang jatuh pada Sabtu (17/3/2018), dia melanjutkan, umat Hindu di Cirebon akan menyepi di rumahnya masing-masing. Menurut Suardika, ada empat hal yang harus dikendalikan saat Hari Raya Nyepi, yakni amati geni, amati karya, amati lelanguan, dan amati lelungan.
"Nyepi itu pelaksanaan catur brata penyepian. Empat hal itu harus kita kondisikan, menahan hawa nafsu, tidak beraktivitas, tidak menikmati hiburan, dan tidak melakukan perjalanan. Kita hentikan segala aktivitas kita," ujar Suardika. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini