Ditemui detikcom, Heru memamerkan kemahirannya menyusun batu di area Curug Tilu Leuwi Opat, Jalan Ciwangun Indah Camp, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (7/3) kemarin.
Pria tersebut langsung memilah batu-batu yang hendak digunakannya untuk disusun menjadi karya seni. Dalam balancing art, menurut dia, jumlah susunan batu tidak terlalu penting, justru lebih penting ialah estetikanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia cekatan memilih batu yang berserakan di antara tenangnya laju air terjun. Lalu Heru fokus menyusun sejumlah batu di atas bongkahan batu besar.
![]() |
Heru berhasil membuat tiga susunan batu yang letaknya saling berjauhan satu dan lainnya. Dia menjelaskan ada makna di balik seni menyusun batu.
"Susunan batu yang dibuat, mempunyai makna yang mengajarkan kita agar dalam setiap kemajuan selalu diutamakan dari dasar. Jika gagal, harus optimistis bisa menyusunnya kembali," tutur Heru.
Ia mengaku sejak dua tahun terakhir melakoni balancing art. Warga Lembang, Kabupaten Bandung Barat, itu terbiasa menjelajah berbagai wahana air terjun untuk menyalurkan hobinya menyusun batu.
Heru bekerja di salah satu rumah sakit swasta ini menyebut telah mendapat kepuasan batin berkecimpung pada aktivitas seni menyusun batu. "Terutama meditasi ketika saya meletakkan batu dan kepuasan melihat karya yang telah dihasilkan. Selanjutnya, karena saya lebih sering di alam, jadi lebih mencintai alam," ujar Heru yang juga anggota Balancing Art Indonesia.
Ragam Gaya Balancing Art
Balancing art ialah seni yang mengolaborasikan alam, gravitasi, dan konsentrasi sebuah media agar seimbang. Kegiatan tersebut dapat dilakoni di ruang terbuka dan tertutup.
Aktivitas menyusun benda di dalam ruangan mempunyai istilah fun balancing karena dapat dilakukan oleh siapa saja dan menggunakan media apa pun. "Di balancing art, ketua - Balancing Art Indonesia - sendiri membuat istilah sendiri. Katanya fun balancing untuk di indoor, karena bisa menggunakan media apa saja, misalnya botol, koin, atau media-media lain," ucap Heru.
Menurut dia, balancing art yang termasuk seni, dikenal berbagai teknik atau gaya. "Tentang style di balancing ada tujuh. Yaitu stacking, arch atau jembatan, counterbalance, tic tac toe, rodeo atau tornado yang bentuknya dari bawah kecil, membesar, lalu mengecil lagi. Freestyle yang berupa gabungan dari berberapa style, dan terakhir jedy," tuturnya.
"Semua style itu, menggunakan sistem interlocking," kata Heru menambahkan.
Bagi seniman batu bersusun ini, di antara berbagai gaya, paling sulit dilakukan yakni gaya jedy. Melakukan jedy harus dimulai dari dasar atau tahapan awal terlebih dahulu. Sementara itu, untuk style yang paling mudah dan dapat dipelajari pemula, yaitu stacking.
"Seperti yang booming di Sukabumi, itu semuanya style-nya stacking," ucap Heru.
![]() |
"Kalau saya yang biasanya main di alam, biasanya lima puluh persen mencari inspirasi sendiri. Sedangkan lima puluh persennya lagi mencari inspirasi dari yang udah berpengalaman. Misalnya, ketika orang berdiri membentangkan tangan. Saya pernah coba bikin batu supaya bentuknya seperti itu. Dan berhasil," ujar Heru.
Komunitas Balancing Art Indonesia didirikan oleh Rock Balancing Indonesia sebagai wadah apresiasi dan galeri seni. Selain itu, komunitas tersebut ibarat rumah bagi para pecinta, pelaku, sekaligus penikmat seni Balancing Art di Indonesia.
![]() |
Hasil karya seni menyusun batu para anggota, biasanya ditampilkan di akun Instagram @rockbalanceindonesia dan halaman Facebook Rock Balancing Indonesia. Selain menampilkan karya, kedua akun media sosial itu pun dijadikan sebagai wadah untuk berdiskusi demi menghasilkan karya-karya yang lebih artistik. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini