Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan gagasan ini muncul untuk memperbaiki emosi kolektif secara turun temurun. Peristiwa Perang Bubat yang terjadi pada tahun 1357 lalu tak dipungkiri mengganggu hubungan emosinal antara suku Jawa dan Sunda.
Meskipun kata Aher, peristiwa tersebut baru ditulis dua abad setelahnya, yakni pada abad ke-16 dalam sebuah karya sastra berjudul Kidung Sunda atau Kidung Sundayana. Tetapi hampir dipastikan bobot imajinasi dari karya itu jauh lebih besar ketimbang bobot historisnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal perubahan nama jalan, kata Aher, sebenarnya sudah dilakukan mulai tahun lalu. Di mana jalan arteri atau ring road di Yogyakarta berubah nama menjadi Jalan Padjadjaran dan Jalan Siliwangi.
Untuk di Surabaya, kata dia, nama Jalan Dinoyo berubah menjadi Jalan Sunda. Lalu Jalan Gunung Sari berganti nama Jalan Prabu Siliwangi.
"Tentu saja peristiwa masa lalu hanya untuk dikenang dan tidak boleh menimbulkan persoalan apalagi permusuhan sampai masa kini pada anak cucu dari kedua etnis besar ini," tandasnya.
Pembahasan mengenai rekonsiliasi ini dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gubernur DIY Sri Sultan HB X, dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan beberapa waktu lalu. (ern/err)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini