Masa Kampanye Lama, Pengamat Sarankan Paslon Atur Amunisi

Pilgub Jabar 2018

Masa Kampanye Lama, Pengamat Sarankan Paslon Atur Amunisi

Mukhlis Dinillah - detikNews
Selasa, 06 Mar 2018 15:41 WIB
Masa Kampanye Lama, Pengamat Sarankan Paslon Atur Amunisi
Foto: Muhamad Solehudin
Bandung - Masa kampanye Pilgub Jabar 2018 cukup panjang. Pengamat politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Karim Suryadi menilai situasi ini membuat empat pasangan calon harus melakukan perencanaan yang baik agar tidak kehabisan amunisi di tengah jalan.

Ia menuturkan para calon harus menyiapkan perencanaan pengguanaan dana kampanye dengan baik. Pasalnya, sambung dia, wilayah Jabar yang luas dan jumlah penduduk terbesar di Indonesia membuat para calon harus cermat dalam mengoptimalkan dana kampanye.

"Karena harus sudah dibaca sejak awal, di Jabar ini harus berkeringat dan berdarah-darah, jumlah desa 5.600 lebih, wilayah luas, jumlah penduduk terbesar di Indonesia, beda dengan DKI," kata Karim saat dihubungi via telepon genggam, Selasa (6/3/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya besar atau kecilnya dana kampanye yang dihabiskan para calon tidak menentukan kemenangan, melainkan efektivitas penggunaannya. Para calon harus cermat dalam penggunaan dana kampanye, agar pesan yang ingin disampaikan tepat sasaran.

"Justru menurut saya yang akan menentukan itu bukan besar kecilnya dana kampanye yang dihabiskan para calon, tetapi pilihan strategis dalam kampanye. Dalam memilih media strategis, audiens strategis, pesan strategis," ungkap dia.

Ia menilai terlalu berleha-leha dengan sengaja menyimpan amunisi untuk di akhir masa kampanye, merupakan strategi yang keliru. Menurutnya para calon seharusnya sudah mulai bergerak dan mengoptimalkan dana kampanye yang ada.

"Dana cadangan untuk seminggu sebelum pengungutan suara itu perlu, tapi kalau sengaja ditumpuk di akhir juga salah. Karena seharusnya semua calon dan mesin partai sudah bergerak sejak awal," tutur dia.

Karim mengatakan situasi ini seharusnya sudah bisa dibaca oleh calon yang masih memiliki elektabilitas rendah. Bila situasi ini terus berlangsung, tentu hal ini akan menguntungkan paslon yang sudah punya elektabilitas tinggi dalam beberapa hasil survei jelang kampanye.

"Situasi ini tentu menguntungkan paslon yang sudah punya elektabilitas oke. Karena seharusnya paslon yang baru muncul itu harus sudah optimal sejak awal, tapi tentu dengan terencana," kata Karim. (ern/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads