Kampanye Adem Ayem, Pengamat: Mesin Parpol Belum Bergerak Optimal

Pilgub Jabar 2018

Kampanye Adem Ayem, Pengamat: Mesin Parpol Belum Bergerak Optimal

Mukhlis Dinillah - detikNews
Selasa, 06 Mar 2018 12:47 WIB
Kampanye Adem Ayem, Pengamat: Mesin Parpol Belum Bergerak Optimal
Foto: Muhamad Solehudin
Bandung - Hampir satu bulan empat pasangan calon Pilgub Jabar melakukan kampanye. Namun kemeriahan dari pesta demokrasi ini belum terlihat. Pengamat Politik Universitas Pendidikan (UPI) Karim Suryadi menilai situasi ini dampak dari tim sukses dan mesin partai yang belum bergerak optimal.

Karim menuturkan selama kampanye yang berlangsung hingga saat ini, kinerja timses dan mesin partai belum terlihat signifikan malah cenderung pasif. Sehingga, sambung dia, seolah-olah memunculkan anggapan Pilgub Jabar ini hanyalah hajat bagi cagub dan cawagub saja.

"Iya sebulan ini nyaris seperti hajatannya cagub dan cawagub saja, tapi belum menunjukkan bagaimana timses dan parpol bergerak dengan masif dan solid," kata Karim saat dihubungi via telepon genggam, Selasa (6/3/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya dampak dari adem ayemnya kampanye Pilgub Jabar ini membuat masyarakat masih kebingungan menentukan pilihannya pada 27 Juni nanti. Sebab, sambung dia, kampanye yang dilakukan belakangan ini belum memberikan gambaran bagi pemilih.

"Setiap saya ketemu orang pertanyaannya sama, Pak Karim mau milih siapa nih, siapa yang harus dipilih. Sampai hari ini memang kampanye bukan hanya adem ayem tapi belum memberikan titik terang siapa yang laik untuk dipilih," ungkap dia.

Selain timses dan mesin partai yang belum bergerak optimal, kata dia, kondisi ini juga diperparah dengan metode kampanye yang nyaris sama. Para paslon memilih pola yang sama dengan mendatangi komunitas atau kelompok masyarakat pemilih yang serupa.

Lebih lanjut dia menjelaskan kondisi ini tentu membuat masyarakat kebingungan mencari perbedaan yang mencolok dari masing-masing paslon. Sebab, sambung dia, kampanye merupakan ajang menunjukkan perbedaan dari paslon lainnya yang bisa menjadi daya tarik bagi peilih.

"Hampir sama stretegi yang dipilih masing-masing kandidat menemui komunitas spesifik ada pesantren, pasar, kampus, ulama, justru menurut saya blunder. Justru kampanye ini kan untuk memunculkan perbedaan kandidat, sehingga itu yang ditangkap sebagai sebuah pesan yang spesifik dan strategi yang membuatnya dianggap laik memimpin," tutur dia.

Menurutnya keterbatasan alat peraga kampanye (APK) yang diberikan KPU tak lantas menjadi alasan untuk timses dan parpol untuk bergerak. Justru dalam situasi ini, timses dan parpol dituntut untuk lebih kreatif dalam memenangkan paslonnya masing-masing.

"Jadi berpulang kepada kreativitas timses dan parpol, karena bukan hanya memenangkan kandidatnya (di Pilgub Jabar), tetapi juga membangun positioning menghadapi Pilpres 2019," kata Karim. (ern/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads