Kaki dan tangannya terlihat tidak bisa bergerak, padahal menurut orang tuanya, 2 pekan lalu Hasby masih ceria dan masih bisa berlari-lari. Namun tiba-tiba, balita berumur 2,6 tahun itu mendadak lumpuh pada Minggu (18/2) atau 3 hari usai disuntik faksin difteri pada Kamis (15/2/).
Melihat gejala aneh itu, Edy dan Masni orang tua Hasby membawa anak mereka ke rumah sakit Proklamasi di Rengasdengklok. "Anak kami dirujuk ke RSUD Karawang," kata Hasby saat ditemui detik di RSUD Karawang, Kamis (1/3/2018). "Kami menolak dirujuk karena tidak punya biaya sehari-hari," ujar Edy, ayah dari Hasby saat ditemui di ruang Picu Rawamerta Kamis (1/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Didi menyatakan, penyakit GBS merupakan penyakit langka. Penyakit itu dapat menyebabkan kerusakan syaraf hingga fungsi otot melemah, dimulai dari kaki lalu menyebar ke seluruh tubuh. "Penyakit GBS tergolong langka, menjangkit satu dari 40 ribu orang setiap tahun. Tergolong berbahaya karena dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian," ungkap Didi.
Saat ini, kata Didi, kaki dan lengan Hasby sangat lemah. "Nilai otot lengan dan tungkai Hasby nol, sehingga tak bisa digerakkan," ungkap dia. Alhasil, Hasby hanya terbaring lemas di kasur sejak beberapa hari lalu.
"Kami sangat sedih, khawatir anak kami lumpuh," kata Masni, ibu Hasby.
Sebagai penyakit langka, obat penyakit GBS juga langka. Obat GBS adalah imunoglobulin yang terbuat dari plasma manusia. Harga imunoglobulin merek Gamamune yang diproduksi di Cina mencapai Rp 3,5 juta per botol. Hasby, yang berat badannya 9,9 kilogram butuh 5 botol imunoglobulin atau senilai Rp 17,5 juta. "Sayangnya obat itu juga langka. Hanya diproduksi di Cina. Kami baru beri satu botol kepada pasien tadi malam. Kebetulan stok di sini (RSUD Karawang) juga habis," kata Didi.
Edy, ayah Hasby hanya bekerja sebagai guru honorer dengan upah Rp 400 ribu per bulan. Warga Desa Makmurjaya, Kecamatan Jayakerta itu mengaku tak sanggup membiayai pengobatan putranya. "Ini di luar kemampuan kami," kata Edy.
Namun, Edy tak perlu larut dalam kesedihan, pasalnya Pemkab Karawang bakal menanggung semua biaya pengobatan anaknya. "Semua biaya pengobatan akan ditanggung pemerintah daerah. Termasuk untuk membeli 4 botol obat GBS untuk Hasby," kata Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana.
Alumnus fakultas kedokteran universitas Maranatha itu menginstruksikan Dinas Kesehatan Karawang untuk segera mengantar Hasby ke RS Hasan Sadikin Bandung. "Karena memang perlu dirujuk ke sana," kata dia. (avi/avi)