"Sungai ini adalah jalur dia mencari rongsokan sampah, dia kumpulkan, dimasukkan ke karung kemudian dia jual. Disela-sela mengumpulkan sampah plastik dia menyusun batu, dia buat sebagai penanda sekaligus sampah yang tersangkut akan dia bersihkan. Yang bernilai dia ambil, yang tidak bernilai dia tumpuk di pinggir, kemudian dibakar," ujar Indra, di Sungai Cidahu, Kamis (1/3/2018).
![]() |
Indra, paman Rahmat menyebut jika keponakannya itu tidak mempelajari secara khusus cara menyusun tumpukan batu itu. Rahmat bahkan tidak mengetahui soal Youtube, keramaian di medsos tentang susunan batu buatannya Rahmat dengar dari warga yang sempat geger dengan kemunculan tumpukan batu buatannya.
"Ketika tumpukan batunya ramai di medsos Rahmat enggak tahu, dia baru tahu ketika warga sini juga ramai mencari. Saat itu Rahmat sempat berbisik ke ibu saya, kata dia batu-batu itu buatan dia. Tapi enggak ada yang percaya termasuk saya," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan dirusak, biar rusak sendiri aja. Tapi kalau memang meresahkan mah gimana aja maunya," ujarnya.
Rahmat mengaku kaget, ketika tumpukan batu buatannya menjadi ramai. Terlebih setelah warga dan kepolisian memanggilanya. "Ini juga saya kaget jadi ramai begini," singkatnya.
Dia mengaku sejak kecil memang menyenangi suasana sungai, banyaknya sampah membuat Rahmat yang kesehariannya memulung mengaku banyak mendapatkan sampah untuk dia kumpulkan di sungai.
"Saya mulung aja, yang kira-kira bisa dijual saya ambil dan kebanyakan sampahnya nyelip di batu-batu. Saya enggak suka sungai kotor makanya saya bersihkan, saya memang sudah dari kecil senang diam di sungai. Menumpuk batu begini enggak belajar dari siapa-siapa, sudah dari kecil jadi gampang," bebernya.
(avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini