Seorang pemain lais bergelantungan di atas seutas tali yang dibentangkan menggunakan dua batang bambu di ketinggian 9 hingga 12 meter, tanpa satupun alat pengaman.
Kesenian ini membuat orang yang melihatnya mengerenyitkan dahi. Diiringi musik khas sunda, para pemain lais dengan lihai beratraksi di atas tali tambang itu.
![]() |
Mulai dari berjalan, hingga duduk dan berbaring mereka peragakan. Meski berada di ketinggian, tidak ada rasa takut dari raut wajah para pemain lais.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harus persiapan dulu, sebulan sebelum pertunjukan. Selain mental dan keahlian, dibekali semacam ilmu magis dulu," kata Ade kepada detikcom di Lapangan Ciateul, Tarogong Kidul, Kamis (22/2/18).
Seni lais sendiri merupakan kesenian asal Garut yang pertama kali berkembang di Kecamatan Sukawening, sekitar tahun 1900.
Menurut cerita masyarakat, sambung Ade, seni lais ini terinspirasi dari seorang pemanjat pohon kelapa bernama Laisan yang kerap membantu warga memetik buah kelapa. Sejak Laisan meninggal, leluhur masyarakat mengenangnya dengan lais yang saat ini menjadi kesenian.
"Dari situ kemudian kami tergerak untuk melanjutkan seni lais sebagai salah satu budaya kami," katanya.
Seiring berjalannya waktu, pohon kelapa sebagai penyanggah tali kini diganti dengan bambu karena lebih mudah untuk dibawa. Seni lais kini masih dimainkan terutama di kawasan Kecamatan Cibatu.
(avi/avi)