Pengamat Sebut Teror Pada Pemuka Agama by Design

Pengamat Sebut Teror Pada Pemuka Agama by Design

Mukhlis Dinillah - detikNews
Selasa, 13 Feb 2018 14:51 WIB
Penganiayaan ulama di Cicalengka/Foto: Wisma Putra
Bandung - Pengamat politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi menilai penganiayaan orang gila terhadap ulama yang terjadi belakangan di wilayah Jabar by design. Masyarakat diminta untuk tidak mudah terprovokasi.

"Isu (penyerangan) itu by design. Isu orang gila itu menetralisir isu yang sudah kemana-mana," kata Muradi disela-sela disukusi publik dengan tema 'Pilkada Jabar 2018, Hajat Demokrasi Tanpa SARA ?' di Kafe Halaman, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Selasa (13/2/2018).

Diakuinya peristiwa penganiayaan tersebut saat ini berkembang dikait-kaitan dengan kemunculan PKI. Namun, sambung dia, isu tersebut masih sebatas menjadi perbincangan di media sosial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya saat ini warga Jabar yang melek terhadap media sosial hanya berkisar 42 persen. Sehingga, sambung dia, diyakininya tidak akan berdampak terhadap persoalan sosial di masyarakat.

"Isu soal orang gila ulama baru sampai di level media sosial. Jadi tidak sampai membuat tatanan sosial masyarakat terganggu dengan isu ini," ungkap dia.

Ia mengatakan isu agama dan PKI relatif bisa dikendalikan di Jabar. Justru isu radikalisme yang perlu diwaspadai oleh semua pihak termasuk aparat keamanan.

"Di Jabar lebih kuat isu soal radikalisme. Isu PKI lebih kepada mendzolimi salah satu paslon. Kalau itu yang dimunculkan tidak akan mengganggu dinamika politik di Jabar," kata Muradi.

Di tempat yang sama, Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jabar Deni Ahmad Haidar mengaku heran peristiwa penyerangan terhadap tokoh agama belakangan ini dikaitkan dengan kemunculan PKI.

"Kami heran penganiayaan kyai di Bandung kemarin alih-alih memberikan simpati, malah digoreng ada isu PKI," kata Deni.

Menurutnya isu kemunculan PKI ini cukup masif terjadi di media sosial jelang pelaksanaan Pilgub Jabar 2018. Hal itu tentu harus menjadi perhatian masyarakat sebagai sebuah ancaman.

Ia khawatir elemen di luar konstestan Pilgub Jabar yang rawan bergesekan akibat termakan dengan isu tersebut. "Pentingnya tabayyun, di internal kami jika beredar informasi yang belum bisa dipertanggungjawabkan di media sosial namun belum diangkat oleh media mainstream, berarti itu hoax, berita bohong," tutur dia.

Dia menuturkan bukan tidak mungkin suku, agama, rasa dan antargolongan (SARA) ini dimanfaatkan pihak tertentu untuk memunculkan konflik jelang Pilgub Jabar. Menurutnya pihak-pihak tersebut biasanya tidak berafiliasi dengan calon tertentu.

"Takutnya ada orang di balik ini, tujuannya satu ya, ribut. Tak peduli siapapun yang menang, mereka menganggap politik itu sebagai konflik yang dimanage," jelas dia.

Kendati muncul isu PKI, kata dia, situasi jelang Pilgub Jabar saat ini masih kondusif. Namun, pihak-pihak seperti Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan kepolisian tetap waspada dengan segala ancaman yang terjadi di lapangan.

(ern/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads