"Sudah sangat berpengaruh. Hampir enam puluh persen penumpang di Garut beralih ke angkutan online," ucap Ridwan kepada di Pendopo, Jalan Dewi Sartika, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (9/2/2018).
Ia mengatakan angkutan online di Garut saat ini banyak ditemui, terutama di kawasan perkotaan. Akibatnya, menurut Ridwan, para sopir angkutan umum khususnya angkot merugi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain harus menutupi kekurangan setoran ke majikan, para sopir angkutan umum, sambung Ridwan, diberatkan dengan besarnya biaya pendukung perjalanan seperti bensin dan suku cadang.
"Sekarang bensin berapa, Premium kadang susah. Jadi kita harus isi ke Pertalite. Kemudian kita harus bayar retribusi hingga harus izin trayek dan KIR. Sedangkan mereka (angkutan online) kan tidak pakai izin," ujarnya.
Ridwan menjelaskan pihaknya menuntut Pemkab Garut untuk segera mengerahkan Tim Saber Online yang diterjunkan untuk menertibkan angkutan berbasis aplikasi tersebut.
"Tentu saja kami menuntut keadilan. Kami nyatakan dengan tegas, menolak angkutan online sebelum ada payung hukum yang jelas," kata Ridwan. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini