Sejumlah luka di tubuh FA antara lain lecet di tangan kiri dan luka robek dari leher hingga dagu. "Dagu saya sampai sobek dan dijahit 10 jahitan," kata FA saat ditemui detik di ruang guru SMK 2 Karawang, Selasa (6/1/2018).
Ditemani Edi Supardi, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMK 2 Karawang, FA menceritakan pengalaman terburuknya saat naik angkot. Ia mengaku terpaksa meloncat karena merasa diteror oleh sopir angkot jurusan Klari-Cikampek pada Senin sore (5/2/2018) lalu. "Saya minta berhenti tapi supir nggak berhenti, malah ketawa - tawa, mobil digoyang - goyang zigzag," ungkap FA. "Padahal rumah saya udah kelewat jauh," FA menambahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FA mengaku sempat pingsan setelah terguling ke aspal. Seorang polisi lalu membawanya ke puskesmas Klari. "Saya baru sadar saat dibawa ke puskesmas," terang FA.
Setelah, ia pun menceritakan pengalaman buruknya kepada polisi. Sopir itu, kata FA, adalah pria setengah baya, suaranya terdengar berat dan menyeramkan.
Gelagat mencurigakan, kata FA mulai terasa sejak angkot itu ngetem di Terminal Klari.
Di sana, kata FA, penumpang sudah hampir penuh. Namun angkot tidak juga berangkat.
"Di Terminal Klari, sopir itu ngetem lama banget. Sebagian penumpang sampai kesal dan keluar. Sisanya saya, 3 pelajar dan seorang nenek - nenek," ungkap FA.
Saat seorang penumpang meminta sopir untuk jalan, sopir itu malah membentak. "Tunggu dong setoran masih kurang," kata FA, menirukan ucapan sopir itu.
Perasaan tak enak mulai muncul saat angkot mulai melaju. Selain ugal - ugalan, sopir itu kerap membentak penumpang dan meminta tambahan ongkos. "Masa 5 ribu. Tambahin lagi! Ini setoran saya masih kurang bu!" kata FA menirukan ucapan sopir tersebut kepada seorang nenek-nenek.
Perempuan tua itu, kata FA duduk di depan. Ia meminta diturunkan di pertigaan Kopel. Namun saat diberi uang Rp 5 ribu, supir tak berhenti. "Tapi nggak berhenti - berhenti malah terus jalan," kata dia.
"Saya mau ikut turun sama nenek - nenek itu, tapi si abangnya minta ongkosnya dulu,"
FA pun menyerahkan uang Rp 3 ribu. "Kurang! Tambahin! 15 ribu," bentak supir itu, seperti ditirukan FA. "Padahal biasanya ongkos dari terminal Klari sampai perumahan Terang Sari 3 ribu," FA menambahkan.
Kejadian itu dibenarkan oleh Kapolsek Klari, Kompol Relisman Nasution. "Iya betul, sopir minta ongkos lebih dari tarif terminal Klari ke Kopel, dia minta Rp15.000," kata Relisman melalui pesan singkat.
"Melihat sopir marah-marah dan teriak-teriak, akhirnya korban sempat minta berhenti ke sopir, akhirnya korban loncat dalam angkot. Di sekitar seberang hotel Pangestu," ungkap Relisman.
(avi/avi)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini