"Sebenarnya keseharian dia biasa saja, normal. Tapi kadang-kadang kumat," ujar Didin Zaenudin (45) tetangga samping rumah Asep saat berbincang dengan detikcom di kediamannya di Blok Sawah, Kelurahan Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, Jumat (2/2/2018).
Saat kondisinya sedang normal, Asep selayaknya orang biasa. Ia kerap pergi ke masjid untuk menjalani ibadah salat. Bahkan setiap malam minggu, Asep kerap berakivitas bersama rekan-rekan di rumahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun kala Asep sedang mengamuk, justru warga ketakutan. Bahkan beberapa bulan lalu, Asep pernah nekat hendak membakar rumahnya sendiri.
"Dia mau bakar rumahnya. Enggak tahu apa alasannya. Untungnya warga cepat datang memadamkan. Warga kemudian sepakat ngerobohin bangunan yang terbakar," tutur Didin yang juga kakak ipar Prawoto.
Asep memang kerap mengamuk. Pipa besi yang digunakan memukul Prawoto merupakan 'senjata' yang kerap ia gunakan saat mengamuk.
"Biasanya kalau ngamuk adik ipar saya yang suka nenangin. Dia (pelaku) takut sama Prawoto. Suka cium tangan juga kalau ketemu. Tapi kemarin enggak tahu kenapa tiba-tiba seperti itu," tuturnya.
Menurut Didin, Asep sempat berkeluarga. Asep menikah dua kali. Dari istri pertamanya yang kemudian dicerai, Asep punya lima anak. Sedangkan istri yang kedua tidak memiliki anak.
"Sekarang istri yang kedua ini kabur karena enggak kuat dia suka kumat," katanya.
Asep menganiaya Komandan Brigade Persis pada Kamis (1/2) pagi pukul 07.00 WIB. Ia memukul bahkan mengejar Prawoto.
Akibat penganiayaan itu, Prawoto sempat dilarikan ke rumah sakit Santosa. Namun nyawanya tak tertolong. (ern/ern)