Pecinta Astronomi Cirebon Rakit Teropong Paralon Demi Lihat Gerhana

Pecinta Astronomi Cirebon Rakit Teropong Paralon Demi Lihat Gerhana

Sudirman Wamad - detikNews
Rabu, 31 Jan 2018 13:15 WIB
Teropong paralon/Foto: Sudirman Wamad
Cirebon - Momen Super Blue Blood Moon merupakan momen langka. Bagaimana tidak, momen langka itu merupakan pertama kali sejak 152 tahun ini.

Bagi pecinta astronomi, tentunya tak ingin terlewatkan. Salah satu di pecinta astronomi asal Cirebon, Sunardi (32) warga Dusun Talun Desa Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Pecinta Astronomi Cirebon Rakit Teropong Paralon demi Saksikan GerhanaFoto: Sudirman Wamad


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jauh-jauh hari Sunardi telah menyiapkan segalanya untuk menikmati momen langka itu. Hatinya selalu merasa tak sabar menyaksikan Super Blue Blood Moon.

Bukan hanya sabar, Sunardi juga memiliki kreatifitas yang luar biasa. Dengan alat seadanya, Sunardi mampu menciptakan teropong dari paralon untuk bisa menikmati momen langka malam nanti.

[Gambas:Video 20detik]


Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Sunardi mulai menunjukkan kecintaannya terhadap astronomi. Hingga kini, Sunardi masih aktif menggali informasi dan pengetahuan tentang astronomi. Hingga akhirnya, Sunardi mampu membuat teropong paralon untuk bisa meluapkan kecintaanya terhadap astronomi. Mari temui Sunardi dengan teropong pipanya yuk?

Hari ini, Rabu (31/1/2018) detikcom berkunjung ke rumah Sunardi, lokasinya persis di samping Balai Desa Cirabon Girang. Sunardi sibuk merakit teropong paralon. Alat dan bahan tercecer di depan rumahnya, seperti paralon, ampelas, lensa bekas mesin fotokopi, hardisk bekas, roda mobil-mobilan, tarikan gasing, gunting, gergaji besi, dan lainnya.
Pecinta Astronomi Cirebon Rakit Teropong Paralon demi Saksikan GerhanaFoto: Sudirman Wamad

Alat dan bahan sederhana itu ternyata menghasilkan karya luar biasa untuk ilmu pengetahuan. "Pas masuk SMP mulai mendapatkan pelajaran tentang ilmu pengetahuan alam tuh. Dari SD sebenarnya sudah tertarik sih. Dari situ mulai belajar, sempat bikin teropong dengan lensa kacamata sebelum teropong ini (teropong paralon)," kata Sunardi sembari mengampelas pipa saat ditemui detikcom.

Pira lulusan SMK N 1 Kota Cirebon itu menceritakan gagasan awal pembuatan teropong dari paralon itu. Sunardi yang haus akan pengetahuan tentang astronomi itu terus belajar. Kemudahan akses internet menguntungkan Sunardi untuk menggali informasi.

[Gambas:Video 20detik]


"Awalnya merantau di Jakarta sekitar dua tahunan sejak 2006, balik ke Cirebon jadi penjaga warnet tiga tahun. Saya sering lihat video dan cari informasi tentang astronomi. Puncaknya, saya gabung grup facebook namanya teleskop making pada 2015," kata Sunardi.

Dari grup tersebut, Sunardi belajar tentang pembuatan teropong dan menggali lebih dalam pengetahuan tentang astronominya. Walhasil, Sunardi mampu membuat teropong paralon dari bahan-bahan sederhana.

Dikatakan Sunardi, kualitas teropong paralonnya itu tidak jauh berbeda dengan teropong buatan pabrik yang harganya menyentuh Rp 3 jutaan.

"Setingkat dengan teropong yang harganya di bawah tiga jutaan. Biaya pembuatan teropong ini sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 1 jutaan. Tergantung bahannya," katanya.

Lebih lanjut, Sunardi mengatakan teropong sederhananya itu mampu melihat bulan, sejumlah planet, gugus bintang, dan galaksi. "Pernah lihat planet Jupiter, Mars, Markurius, Venus, dan Saturnus. Kita juga bisa melihat andromeda, nebula orion, dan bulan. Ya cukup puas," ucapnya.

Pecinta Astronomi Cirebon Rakit Teropong Paralon demi Saksikan GerhanaFoto: Sudirman Wamad

Rencananya malam nanti Sunardi dan rekan satu komunitas yang tergabung dalam Cirebon Astronomi Club (CAC) akan menyaksikan Super Blue Blood Moon di Alun-alun Kejaksaan Kota Cirebon. Sunardi merupakan pendiri komunitas tersebut.

"Dulu kita juga pernah lihat fenomena oposisi Mars, sekitar tahun 2003. Fenomena itu muncul setiap 15 tahun sekali. Tahun ini akan ada lagi. Kalau untuk malam nanti, kita mulai kumpul seblum Maghrib," katanya.

Teropong paralon buatan Sunardi itu sebagiannya menggunakan bahan bekas. Sunardi memanfaatkan lensa mesin fotokopi untuk lensa obyektif dan okuler untuk teropongnya. Lensa obyektif dari bekas mesin fotokopi itu memiliki diameter tujuh sentimeter dengan ukuran fokus 470 mm. Sedangkan lensa okulernya hanya 150 mm.

"Ada juga lensa okulernya yang beli dari pabrik, ukurannya 20 mm. Teropong ini memiliki perbesaran 25 kali. Tapi tergantung ukuran lensa obyektif dengan okulernya, kan perbesaran itu hasil bagi dari lensa obyektif dengan okuler," katanya.

Sementara, untuk finderscope Sunardi memesannya dari dari pabrik. Menurut Sunardi finderscope memiliki fungsi untuk membidik obyek yang akan dilihat.

"Tadi malam juga saya lakukan pengamatan. Hasilnya kita foto, kita sampaikan ke teman-teman komunitas. Persiapan saja sebelum lihat gerhana," tutupnya.

(avi/avi)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads